REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Media milik pemerintah Korea Utara (Korut) mengakui satelit yang diluncurkan gagal memasuki orbit, Jumat (13/4). Para ilmuwan, teknisi dan ahli Korut segera menyelidiki penyebab kegagalan.
Komando Pertahanan Udara AS mengatakan roket tahap pertama jatuh di Laut Kuning sekitar 165 kilometer di barat Seoul, Korea Selatan. Sedangkan roket tahap dua dan tiga gagal diluncurkan. Roket meledak di udara sekitar satu atau dua menit setelah diluncurkan dari fasilitas nuklir di Tongchang-ri.
Akibat peluncuran tersebut, AS mengumumkan penundaan rencana bantuan pangan. AS, Korea Selatan dan negara lain menyebut peluncuran tersebut merupakan uji coba teknologi rudal.
Korut membantah dengan mengatakan peluncuran satelit untuk memperingati hari kelahiran ke 100 pendiri negara tersebut.
Meskipun telah diperingatkan dunia internasional, Korut tidak peduli dan tetap melakukan peluncuran. Para pemimpin dunia menyebut peluncuran tersebut provokatif dan mengancam keamanan kawasan.
"Korut hanya semakin membuat dirinya terisolasi dan menghamburkan uang untuk senjata dan propaganda padahal rakyatnya kelaparan," ujar Juru Bicara Gedung Putih Jay Carney seperti dikutip dari AFP, Jumat (13/4).
Kegagalan peluncuran tersebut merupakan hal yang memalukan bagi Korut yang telah mengundang hingga 200 wartawan asing untuk meliput persiapan peluncuran roket. Peluncuran roket tersebut tak lain merupakan unjuk kekuatan bagi Korut.
Mantan direktur kebijakan Asia di Dewan Keamanan Nasional AS Victor Cha mengatakan langkah selanjutnya adalah menunggu apakah Korut akan melakukan uji coba nuklir. Komunitas intelijen Korea Selatan mengatakan Korut sedang mempersiapkan uji coba tersebut.
Menteri Luar Negeri Korea Selatan Kim Sung-Hwan mengatakan tindakan Korut jelas merupakan pelanggaran resolusi PBB yang melarang peluncuran dengan teknologi rudal. Juru bicara militer mengatakan angkatan laut Korea Selatan telah melakukan operasi penyelamatan untuk mengumpulkan puing-puing roket.
Sekretaris Kabinet Jepang Osamu Fujimura juga mengambil langkah serupa. Jepang juga telah menempatkan sistem pertahanan rudal untuk mencegah dan menghancurkan roket jika jatuh di wilayah Jepang. Beberapa penerbangan juga telah dialihkan untuk menghindari tabrakan dengan puing-puing roket.
Pekan lalu, Korut telah mengatakan agar Korea Selatan tidak melakukan operasi tersebut. Cina sebagai sekutu utama Korut tidak memberikan reaksi apapun. Cina meminta semua pihak agar menahan diri.
"Kami harap semua pihak terkait dapat menahan diri dari tindakan yang dapat mengancam perdamaian dan stabilitas semenanjung dan kawasan," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Liu Weimin dalam pernyataannya.