Ahad 15 Apr 2012 10:55 WIB

Investasi di Indonesia, Wilmar Rogoh Kocek Hingga Rp 33 T

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Wilmar Indonesia berkomitmen untuk terus mengembangkan usahanya di Indonesia sebagai strategi turut membangun dunia usaha agrobisnis sejak 1991 dengan nilai investasi mencapai Rp 33 triliun.

"Wilmar melihat potensi sumber daya yang sangat besar untuk dikembangkan di Indonesia, dan tersedia pula pasar yang sangat besar di di Indonesia," kata komisaris Wilmar Indonesia, MP Tumanggor, dalam siaran persnya, Ahad (15/4).

Perusahaan yang bergerak dalam industri ?sawit dan olahannya itu kini terus mengembangkan bisnisnya tidak hanya fokus di Industri kelapa sawit saja, namun juga gula dan pupuk. "Sekarang kami membangun industri tepung terigu di kawasan industri PT Wilmar Nabati Indonesia Gresik, Jawa Timur dan akan selesai tahun 2013," jelas Tumanggor.

Selain itu, lanjutnya, di kawasan Industri terpadu milik Wilmar di Gresik juga sedang dibangun sebuah 'bio refinery plant' untuk mengolah minyak sawit menjadi 'jet fuel' dan berbagai pengembangan industri turunan minyak kelapa sawit lainnya.

Setidaknya ada 40 jenis turunan minyak kelapa sawit yang bisa dikembangkan, dan baru sekitar 20 jenis yang dikembangkan di Wilmar.

"Kami targetkan total investasi hingga dua tahun mendatang di kawasan Gresik ini sebesar 300 juta dolar AS atau sekitar Rp2,7 triliun. Ini bagian dari total investasi yang akan dikucurkan oleh Wilmar di Indonesia hingga tiga tahun ke depan," tambah Tumanggor.

CPO yang berasal dari kebun Wilmar sendiri hanya sekitar 20- 30 persen saja. Selain itu, Wilmar juga membeli sawit dari perusahaan perkebunan dan perkebunan milik BUMN.

CPO yang dikelola Wilmar tahun 2011 senilai 7,09 miliar dolar AS naik dari 2010 yang hanya senilai 5,5 miliar dolar AS. Dari nilai produksi CPO 2011 itu 70 persen atau sekitar 5 miliar dolar AS adalah untuk ekspor.

Menururutnya Wilmar membayar pajak ekspor sebesar lebih kurang Rp4,6 triliun dan restitusi pajak yang kami terima sebesar Rp1,4 triliun. Artinya masalah pajak tidak ada yang ditutup-tutupi.

"Kalau ada salah hitung semua bisa diklaim dan kami selalu siap memenuhi kewajiban itu. Investasi kami di Indonesia sudah sekitar Rp33 triliun, karena itu kami sangat hati-hati dan tidak mungkin mengorbankan itu dengan menilap pajak," jelas Tumanggor.

Kami perlu menyampaikan ini, karena WINA (Wilmar Nabati Indonesia) dan MNA (Musimas Nabati Indonesia) adalah anak perusahaan Wilmar Indonesia yang memperoleh predikat Wajib Pajak Patuh (WPP).

"Apalagi Wilmar adalah perusahaan listed company di Singapura, kami tidak pernah sekalipun terpikir untuk bermain-main dalam pembayaran pajak," uangkap Tumanggor.

Komisaris Utama Wilmar ini juga menjelaskan bahwa Wilmar Indonesia memiliki andil hanya 15 persen dari Wilmar International yang bermarkas di Singapura.

Dari statistik yang ada, penjualan Group Wilmar Indonesia tahun 2007 ?sampai ?2011 tercatat 37,8 miliar dolar AS atau setara dengan Rp360 triliun (63 persen penjualan ekspor plus 37 persen penjualan lokal).

Sedangkan pajak-pajak (pajak pungutan ekspor atau bea keluar) yang dibayarkan oleh Wilmar Indonesia pada periode tersebut mencapai angka Rp18,2 triliun, dengan restitusi PPN yang diterima pada tahun 2007 sampai ?2010 tercatat Rp7,6 triliun.

Tumanggor juga menjelaskan bahwa Wilmar merupakan produsen biodiesel terbesar pertama di dunia, yaitu di Pelintung (Riau) dengan kapasitas produksi 1,6 juta ton per tahun. Produknya sebagian dijual ke Pertamina dan sebagian lagi ekspor.

"Kami akan terus meningkatkann produksi biodiesel ini dengan menambah plant berkapasitas 1.000 ton per hari di Wilmar Nabati Gresik dan Wilmar Nabati Dumai, Riau 1.000 ton per hari," tandasnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement