REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Maraknya keberadaan geng motor, mulai mendapat perhatian serius berbagai elemen Kabupaten Bandung. Banyak yang menilai, fenomena geng motor merupakan problem sosial yang memerlukan partisipasi dari seluruh masyarakat.
Ketua Majelis Ulama Kabupaten Bandung, KH Anwar Saefuddin Kamil. Menurutnya, porsi pelajaran agama yang ada di kurikulum sekolah umum, sangat kurang. Peran keluarga, kerabat, serta masyarakat setempat harus bisa menjadi solusi atas keseimbangan nilai hidup seorang remaja.
"Sangat kurang, bahkan mata pelajaran agama hanya 1 kali seminggu, itupun cuma teori," ujar Anwar.
Hal senada diungkapkan ketua komisi D DPRD Kabupaten Bandung, Arifin Sobari.
"Meski perlu ada pendekatan hukum, tapi peran serta masyarakat memiliki fungsi dan tanggung jawab yang besar," ujar Arifin Ahad (15/4).
Tanpa mengesampingkan peran pemerintah dan pendekatan hukum, ungkap Arifin, keluarga memiliki fungsi preventif dari keterlibatan remaja dalam aktivitas geng motor.
"Memang perlu ada pendekatan hukum, karena aksi brutal merupakan tindak kriminal," tambah Arifin.