REPUBLIKA.CO.ID, NIKOASIA - Sebuah masjid bersejarah di Limasol, Siprus Yunani dibakar oleh penyerang tak dikenal, Jum'at (13/4) lalu. Direktorat Agama Siprus Turki, Sakir Alemdar mengatakan informasi ini sempat tidak diketahui aparat lantaran perayaan Paskah tengah berlangsung di Siprus Yunani.
Seperti dikutip hurriyetdailynews.com, Senin (16/4), Pintu masjid, teras dan jendela masjid bersejarah Koprulu Aga Haci Ibrahim dibakar oleh pelaku dengan menggunakan bensin. Kebakaran itu menyebar ke seluruh bangunan masjid terlihat dari atap masjid yang ikut terbakar, dan runtuh.
Di dalam masjid, seluruh karpet hangus terbakar. Sebuah peninggalan Ustmani berupa nisan terjatuh dan pecah. "Sebelum kebakaran ini, tepat 15 hari sebelumnya, masjid ini juga diserang oleh kelompok tak dikenal," kata Alemdar.
Hingga kini, kepolisian Siprus Yunani belum menangkap pelaku dari pembakaran. Dari sumber kepolisian disebutkan, pelaku pembakaran itu merupakan sekumpulan anak-anak muda.
Seperti diketahui, sejak tahun 1974 Siprus dibagi dua yakni Siprus Utara atau dikenal dengan Siprus Turki, dan Siprus Selatan atau yang dikenal sebagai Siprus Yunani. Sebelum terpisah, kedua kelompok masyarak hidup bersama dalam damai dan merayakan perayaan hari besar juga secara bersama-sama.
Sebelum peristiwa 1974 itu, kedua Siprus tidak lagi hidup berdampingan satu sama lain selama lebih dari 30 tahun. Pemisahan itu juga berdampak pada keharmonisan kehidupan beragama.
Sementara itu, Islam masuk ke Siprus sekitar tahun 649 Masehi, pada saat pemerintahan Islam di Madinah dipimpin oleh Khalifah Usman bin Affan. Kendati masuk ke negara tersebut lebih awal, sampai tahun 1974, kebanyakan pemeluk agama Islam berasal dari orang-orang Siprus Turki. Jumlahnya mencapai 18 persen dari total penduduk.
Namun, saat ini jumlahnya mencapai 264.172 Muslim atau sekitar 10 persen dari total penduduk. Sebagian besar tinggal di bagian utara. Sementara bagian selatannya, sebagian besar masyarakat Siprus pemeluk Kristen Ortodoks.