REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS --Ketua tim pendahuluan pemantau militer PBB, Kolonel Ahmed Himmiche, Selasa (17/4), mengakui misi timnya di sana kesulitan untuk mengawasi gencatan senjata di Suriah. "Kami harus bergerak sedikit demi sedikit," kata perwira militer Maroko itu seperti dilansir AFP.
Menurutnya, untuk mengawasi gencatan senjata di Suriah, perlu koordinasi dengan semua pihak, terutama pemerintah Suriah dan sejumlah pihak-pihak lain. "Ini adalah satu misi sulit yang memerlukan koordinasi dan perencanaan," kata Himmiche.
Himmiche memimpin tim pendahuluan yang terdiri dari enam orang yang tiba di Damaskus, Ahad (15/4) untuk mempersiapkan misi pemantau. Misi ini bakal dijalankan oleh 30 orang yang disetujui Dewan Keamanan PBB, pekan lalu.
Utusan PBB dan Liga Arab, Kofi Annan, menginginkan jumlah anggota misi itu lebih dari 250 orang. Tetapi, resolusi pada Sabtu (14/4) menyetujui hanya 30 orang untuk tahap awal. Para diplomat Dewan Keamanan PBB mengatakan, penambahan anggota misi itu tergantung pada ditaatinya gencatan senjata yang mulai diberlakukan Kamis lalu.
Kemarin, gencatan senjata digoyahkan dengan tewasnya dua warga sipil dalam aksi penyerangan yang dilakukan pasukan Suriah terhadap pangkalan pemberontak di selatan Damaskus. Sehari sebelumnya, ada 35 orang tewas. "Tidak ada gencatan senjata, begitu juga tidak ada proses politik yang dimulai. Misi ini akan merupakan salah satu dari yang paling berat dilakukan PBB," kata Himmiche.