REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pendiri WikiLeaks Julian Assange mendeskripsikan Sekertaris Jendral Hizbullah Sayyed Hassan Nasrallah sebagai salah satu tokoh paling luar biasa di Timur tengah. Assange membuat komentar tersebut sebelum mewawancarai pemimpin perlawanan Libanon tersebut pada Selasa (17/4) dalam acara talk show yang dipandunya berjudul “World Tomorrow”.
Dalam acara tersebut Nasrallah menjelaskan sikap Hizbullah terhadap kerusuhan di Suriah dan Israel. Menurutnya ini adalah wawancara pertamanya di media Barat sejak pecah perang Israel-Libanon pada 2006. Nasrallah menegaskan dukungannya terhadap gerakan perlawanan untuk Presiden Suriah Bashar al-Assad, menyoroti dukungan Suriah untuk perlawAnan di Lebanon dan Palestina dalam menghadapi tekanan Israel dan Amerika Serikat.
Nasrallah mengatakan, pihak Hizbullah telah berulang kali membujuk oposisi Suriah untuk bergabung dalam meja perundingan untuk menyelesaikan perbedaan mereka dengan pihak pemerintah melalui dialog.
“Kami telah menghubungi pihak oposisi untuk mendorong dan memfasilitasi proses dialog mereka dengan rezim penguasa, tapi mereka menolak,” ujar Nasrallah seperti dilansir PressTv, Rabu (18/4).
Nasrallah menambahkan sejak awal Hizbullah telah berbicara dengan rezim dan mereka bersedia untuk melakukan reformasi dan dialog. Sementara disisi lain pihak oposisi tak siap untuk melakukan dialog dan tidak juga siap menerima reformasi. “ yang diinginkannya adalah menjatuhkan rezim, ini adalah masalah,” kata Nasrallah.
Nasrallah memarahi masyarakat internasional dan media yang didukung Barat karena menutup mata terhadap pembunuhan warga sipil oleh kelompok pasukan anti pemerintahan dan kritik mereka yang bias terhadap Damaskus. Dia menekankan, perang saudara akan jadi satu-satunya ‘alternatif’ jika tak ada dialog.
“ Ini adalah apa yang AS dan Israel inginkan. Negara-negara Arab siap untuk melakukan dialog dengan Israel, namun tidak bisa melakukan solusi politik ini di Suriah dalam dua bulan.” sesal Nasrallah.
Mengenai Israel Nasrallah menegaskan, rezim Israel selamanya hanya akan menjadi Negara ilegal. Sebab mereka didirikan atas dasar menduduki tanah milik orang lain. Ia mengatakan, tanah Palestina dirampas dengan kekerasan selama bertahun-tahun. Satu-satunya solusi untuk masalah Palestina adalah pembentukan sebuah Negara Palestina yang demokratis dimana umat Islam, Yahudi dan Kristen dapat hidup berdampingan dengan damai.