REPUBLIKA.CO.ID, Ruangan itu telah menjadi penuh kembali tatkala Abu Bakar dan Umar masuk melakukan shalat jenazah bersama-sama Muslimin yang lain, tanpa ada yang bertindak selaku imam dalam shalat itu.
Setelah orang duduk kembali dan keadaan jadi sunyi, Abu Bakar berkata, "Salam kepadamu ya Rasulullah, beserta rahmat dan berkah Allah. Kami bersaksi, bahwa Nabi dan Rasulullah telah menyampaikan risalah Tuhan, telah berjuang di jalan Allah sampai Tuhan memberikan pertolongan untuk kemenangan agama. Ia telah menunaikan janjinya, dan menyuruh orang menyembah hanya kepada Allah yang tidak bersekutu."
Pada setiap kata yang diucapkan oleh Abu Bakar disambut oleh Muslimin dengan penuh syahdu dan khusyuk, "Amin... Amin!"
Selesai bagian laki-laki melakukan shalat, setelah mereka keluar, masuk pula kaum wanita. Dan setelah mereka, kemudian masuk pula anak-anak. Semuanya dicekam kepedihan dan kedukaan, karena harus berpisah dengan Rasulullah, penutup para nabi.
Ketika hari sudah senja, dan setelah kaum Muslimin selesai menjenguk tubuh yang suci itu serta mengadakan perpisahan yang terakhir, keluarga Nabi sudah siap pula akan menguburkannya. Mereka menunggu sampai tengah malam.
Kemudian sehelai syal berwarna merah yang biasa dipakai Nabi dihamparkannya di dalam kuburan itu. Lalu jenazah beliau diturunkan dan dikebumikan ke tempatnya yang terakhir oleh mereka yang telah memandikannya.
Dalam hal ini Aisyah berkata, "Kami mengetahui pemakaman Rasulullah SAW setelah mendengar suara-suara sekop pada tengah malam itu." Fatimah juga berkata seperti itu.
Upacara pemakaman itu terjadi pada malam Rabu, 14 Rabiul Awwal, yakni dua hari setelah Rasul berpulang ke rahmatullah. Sesudah itu, Aisyah tinggal menetap di rumahnya dalam ruangan yang berdampingan dengan ruangan makam Nabi. Ia merasa bahagia di samping tetangga yang sangat mulia itu.
Setelah kaum Muslimin menyelenggarakan pemakaman Rasulullah, Abu Bakar memerintahkan pasukan Usamah yang akan menyerbu Syam segera diteruskan sebagai pelaksanaan apa yang telah diperintahkan oleh Rasulullah. Ada juga kaum Muslimin yang merasa tidak setuju dengan itu, seperti yang pernah terjadi ketika Nabi sedang sakit.
Umar termasuk orang yang tidak setuju. Ia berpendapat supaya kaum Muslimin tidak bercerai-berai. Mereka harus tetap di Madinah, sebab dikhawatirkan akan terjadi hal-hal yang kurang menyenangkan. Tetapi dalam melaksanakan perintah Rasul, Abu Bakar tidak pernah ragu-tagu.
Dia pun menolak pendapat orang yang mengusulkan supaya mengangkat seorang komandan yang lebih tua usianya dari Usamah dan lebih berpengalaman dalam perang.
Dengan demikian, pasukan di bawah pimpinan Usamah itu dilepas oleh Abu Bakar. Ketika itu dimintanya kepada Usamah supaya Umar dibebaskan dari tugas itu. Ia perlu tinggal di Madinah supaya dapat memberi nasehat kepada Abu Bakar.