REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON- Sekitar 11 agen Dinas Rahasia Amerika Serikat, Secret Service, dan 10 anggota militer tengah diperiksa terkait dugaan skandal seks dengan 20 pelacur di Kartagena, Kolombia. Namun, beberapa agen Secret Service dan anggota militer itu berkilah tidak tahu kalau si perempuan adalah penjaja seks. Pernyataan itu dikatakan seorang pejabat Amerika ke situs berita CNN.
Namun, menurut anggota parlemen Peter King, para agen dan anggota militer itu tetap salah meskipun si perempuan bukan pelacur. "Karena mereka membawa perempuan asing ke hotel, beberapa hari sebelum kedatangan Presiden," ujar Ketua Komite Dewan Keamanan Amerika itu, Senin, 16 April 2012.
Untuk mengetahui kebenaran kasus ini, anggota parlemen dan Ketua Komite Rumah Pengawasan Darrell Issa meminta para tertuduh menjalani tes poligraf: tes saraf yang bisa mendeteksi kebohongan.
Menurut juru bicara Presiden Amerika Serikat Barack Obama, Jay Carney, saat ini tim investigasi tengah menyelidiki kasus skandal seks itu. "Presiden tidak memberikan batas waktu penyelidikan," kata Carney. Namun, Obama meminta investigasi dilakukan secara menyeluruh dan efisien.
Pada Kamis, 12 April 2012, beberapa agen Secret Service dan personel tentara memboyong sekitar 20 pelacur ke sebuah hotel di Cartagena. Penginapan yang lokasinya tidak jauh dari tempat Obama bermalam.
Akibat skandal itu, Secret Service mencabut tugas pengamanan ke-11 agen rahasia dan 10 anggota militer di Kolombia. Secret Service juga mendapat kritikan karena telah terjadi penurunan standar dan beban kerja yang berlebihan pada agennya. Dan erosi standar kerja itu dikhawatirkan bisa membahayakan keamanan presiden.
Namun, menurut Carney, selama ini agen Secret Service telah bekerja sangat baik. Bahkan mereka rela mempertaruhkan nyawanya. "Karena itu, biarkan investigasi berjalan hingga tuntas. Jangan kita berspekulasi kesimpulan yang akan dihasilkan nanti," ujar Carney.