Kamis 19 Apr 2012 13:57 WIB

Konflik Sudan Memanas, Presiden Bashir Main Ancam

Presiden Sudan Omar Hassan Al-Bashir.
Foto: guardian.co.uk
Presiden Sudan Omar Hassan Al-Bashir.

REPUBLIKA.CO.ID, KHARTOUM---Presiden Sudan Omar Hassan al-Bashir akan "membebaskan" Sudan Selatan dari partai yang berkuasa, satu peningkatan retorika setelah perang perbatasan yang hampir membawa dua negara Afrika itu dalam perang besar.

Ada tanda bahaya yang berkembang menyangkut aksi kekerasan terburuk terjadi sejak Sudan Selatan melepaskan diri dari Sudan sebagai satu negara merdeka Juli sesuai dengan dengan ketentuan-ketentuan perjanjian perdamaian tahun 2005.

Negara-negara internasional mendesak kedua pihak menghentikan perang. Sudan Selatan merebut daerah Heglig yang menghasilkan minyak pekan lalu, yang memicu parlemen Sudan mencap bekas musuhnya dalam perang saudara sebagai "musuh" Senin dan menyerukan direbutnya kembali daerah padang rumput yang luas itu.

Dalam satu pidato yang keras di hadapan para anggota Partai Kongres Nasional (NCP) yang berkuasa dan iringan lagu-lagu militer, Bashir berulang-ulang menyebut Gerakan Pembebasan Rakyat Sudan sebagai "serangga".

"Tujuan utama kita adalah pembebasan warga-warga Sudan Selatan dari SPLM," kata Bashir. "Ini adalah tanggung jawab kita pada rakyat Sudan Selatan."

Ia memperkirakan akan ada "berita baik" dari Heglig dalam beberapa jam, tetapi juga menyatakan ketegagan tidak akan berhenti sampai partai berkuasa di Sudan Selatan ambruk. Ia tidak menyebutkan secara khusus bagaimana hal itu akan terjadi. "Cerita dimulai di Heglig, tetapi itu akan berakhir di Khartoum atau Juba," kata Bashir.

Segera setelah pidato itu, juru bicara tentara Sudan Selatan (SPLA) mengatakan pasukan Sudan Selatan telah memukul mundur "satu serangan sangat hebat" di Heglig, yang dikenal di Sudan Selatan sebagai Panthou.

Tidak ada segera komentar mengenai itu dari Sudan atau konfirmasi yang independen tentang pernyataan itu.

Rabu pagi, Sudan dan Sudan Selatan saling menuduh atas serangan-serangan di satu front baru. Militer Sudan Selatan mengatakan 22 tentara tewas dalam pertempuran itu.

Ekonomi kedua negara tergantung pada minyak. Perang yang berlarut-larut akan menghancurkan ekonomi mereka.

Ketidakpercayaan mendalam antara kedua negara itu, yang bertikai menyangkut posisi perbatasan mereka, berapa jumlah yang harus dibayar Sudan selatan untuk menyalurkan minyaknya melalui Sudan dan pembagian utang nasional, termasuk dari masalah-masalah yang mereka hadapi.

Sudan Selatan mengatakan Heglig adalah wilayah sahnya dan mengatakan pihaknya hanya akan mundur jika PBB mengerahkan pasukan yang netral di sana.

Di Juba sekitar 1.000 warga Sudan Selatan melakukan unjuk rasa meneriakkan yel-yel "Ganyang Bashir". Mereka juga mengecam Sekjen PBB Ban Ki-moon setelah Dewan Keamanan PBB menyerukan Sudan Selatan mundur dari Heglig.

"Ganyang Ban Ki-moon!" kata Alfred Lado Gore, menteri lingkungan dan seorang pejabat senior SPLM dihadapan para pengunjuk rasa itu.

Rusia, anggota tetap Dewan Keamanan PBB, menyeru Sudan Selatan segera mundur untuk mencegah "situasi yang sewaktu-waktu dapat meledak" di Heglig.

Sudan mengatakan pihaknya Selasa memukul mundur satu serangan angkatan bersenjata Sudan Selatan dekat sungai Bahr al-Arab, yang dikenal di selatan sebagai Sungai Kiir.

"Pasukan terbatas SPLA melancarkan satu serangan di daerah itu untuk mengalihkan perhatian dari usaha-usaha angkatan bersenjata untuk membebaskan daerah Heglig," kata Media Centre Sudan mengutip pernyataan seorang pejabat militer.

Di Khartoum, pejabat Kementerian Luar Negeri Sudan Omer Mohamed mengemukakan kepada wartawan bahwa Sudan akan terus melakukan tekanan diplomatik serta usaha-usaha militer untuk mengakhiri pendudukan itu dengan segala cara."

Dewan Keamanan PBB Selasa mengulangi imbauannya agar Sudan menghentikan serangan udara dan Sudan Selatan mundur dari Heglig. Dewan itu juga membicarakan pemberlakuan sanksi-sanksi terdadap negara-negara itu jika merea tidak menghentikaan bentrokan senjata.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement