Kamis 19 Apr 2012 14:51 WIB

Siti Fadilah Supari Belum Diperiksa Lagi

Rep: Nur Feby Rosiana/ Red: Djibril Muhammad
Mantan Menteri Kesehatan, Siti Fadilah Supari, memberikan penjelasan seusai menjalani pemeriksaan di Kantor Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jakarta.
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Mantan Menteri Kesehatan, Siti Fadilah Supari, memberikan penjelasan seusai menjalani pemeriksaan di Kantor Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Hingga saat ini Polri belum memperoleh jadwal terbaru pemeriksaan mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari ke Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Mabes Polri.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Polri Brigjen Muhammad Taufik menuturkan sampai saat ini pihaknya belum menerima kembali jadwal pemeriksaan salah satu anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres) itu ke Bareskrim Mabes Polri.

"Sampai sekarang masih belum dapat konfirmasi tentangg sechedulle Bu. Siti Fadilah ke Bareskrim menunggu proses pemeriksaan yang bersangkutan," ujar Taufik saat jumpa pers di Mabes Polri, Kamis (19/04).

Siti Fadilah Supari ditetapkan sebagai tersangka atas keterlibatannya dalam pengadaan alat-alat kesehatan pada 2005 di Kementerian Kesehatan. Sebelum Siti Fadilah Supari, polisi telah menetapkan empat tersangka lainnya yaitu

 MH selaku pejabat pembuat komitmen, HS selaku ketua panitia pengadaan, MN selaku Direktur Operasional PT. I sebagai penyedia barang atau pemenang lelang, dan terakhir MS selaku Direktur Utama PT MM sebagai kontraktor.

Kasus tersebut mencuat ketika mantan bawahan Siti Fadilah Supari bersaksi di persidangan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta pada Kamis (12/4) yang menyebutkan Siti Fadilah Supari telah ditetapkan sebagai tersangka korupsi oleh Mabes Polri.

Sebelum dijadikan tersangka oleh Polisi, Siti Fadilah Supari pada Senin (9/8) itu telah datang ke Bareskrim Mabes Polri datang untuk mengklarifikasikan soal namanya yang disangkutpautkan dalam kasus yang telah merugikan negara sebanyak Rp 6, 1 miliar.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement