REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Sejumlah wilayah di Baghdad hingga utara Irak dihantam bom, Kamis (19/4). Sedikitnya 30 orang tewas dalam serangan besar pertama selama satu bulan terakhir.
Pejabat pemerintah Irak mengatakan, ekstremis melancarkan 12 serangan di ibukota Irak dan kota Kirkuk, Samarra, Baqouba, Dibis dan Taji. Mortar ditembakkan di utara kota Beiji dan kampung halaman Saddam Hussein, Tikrit. Namun, dilaporkan tidak ada yang terluka di sana.
Sekitar 100 orang terluka dalam serangan senjata dan ledakan bertubi-tubi yang berlangsung selama lebih dari satu jam. Setengah serangan bom mengarah ke pasukan keamanan dan pejabat.
Belum ada yang mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut. Juru Bicara Komando Militer Baghdad Kolonel Dhia al-Wakeel menduga serangan dilakukan Al Qaeda.
"Mereka mengirim pesan bahwa mereka mampu mengoyak stabilitas yang akhir-akhir ini tercipta. Pasukan kami tidak takut," ujar al-Wakeel, Kamis (19/4).
Secara politis, suhu di Irak memanas karena perselisihan antara pemerintah yang beraliran Syiah dengan para pejabat beraliran Sunni dan Kurdi. Wakil Presiden Irak beraliran Sunni Tariq al-Hashemi mengatakan serangan tersebut didasari motivasi politis.
Pemimpin kawasan Kurdi Massoud Barzani mengatakan pemerintahan Baghdad adalah pemerintahan diktator. Ajudan Perdana Menteri Nouri al-Maliki yang beraliran Syiah menyebut tuduhan tersebut tidak berdasar.
Serangan bom tunggal yang mematikan terjadi di Dibis yang berada dekat Kirkuk atau 290 kilometer dari utara Baghdad. Polisi Kirkuk Brigadir Jendral Sarhad Qadir mengatakan sebuah mobil yang diparkir meledak di perkampungan Arab Sunni. Enam pejalan kaki tewas dan empat lainnya terluka.
Hari nahas itu dimulai saat fajar ketika sebuah mobil meledak di perumahan di Provinsi Diyala di timur Irak. Ledakan tersebut menewaskan delapan orang yang sebagian besar berada di lingkungan Syiah.