REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat Barack Obama, Jumat malam menyerukan diakhirinya pertempuran antara Sudan dan Sudan Selatan. Ia juga mendesak perundingan langsung antara para pemimpin kedua negara untuk menyelesaikan konflik mereka.
"Kami tahu apa yang akan terjadi - pemerintah Sudan harus menghentikan tindakan militernya, termasuk pengeboman udara," kata Obama dalam satu rekaman pesan video kepada rakyat kedua negara.
"Demikian juga, pemerintah Sudan Selatan harus mengakhiri dukungannya terhadap kelompok bersenjata di Sudan dan pihaknya harus menghentikan aksi militer di perbatasan," kata presiden menambahkan dalam pidato yang disiarkan oleh Departemen Luar Negeri.
"Para presiden dari Sudan dan Sudan Selatan harus berani untuk kembali ke meja dan berunding untuk mengatasi masalah ini secara damai," kata Obama menegaskan.
Imbauan itu muncul setelah Sudan, Jumat (20/4) mengatakan pasukannya telah mengejar pasukan Sudan Selatan dari ladang minyak utamanya. Pengejaran dilakukan setelah Sudan Selatan memerintahkan mengakhiri 10-hari pendudukan. Situasi itu telah memicu kekhawatiran perang yang lebih luas.
Bentrokan perbatasan antara Sudan dan Sudan Selatan meningkat pekan lalu dengan gelombang serangan udara memukul Selatan, Juba dan merebut pusat minyak Heglig pada 10 April. Sejak invasi, produksi di Heglig telah ditutup dan fasilitas mengalami kebocoran. Masing-masing pihak menuduh merusak infrastruktur minyak itu.
Kekerasan Heglig adalah yang terburuk sejak Sudan Selatan memperoleh kemerdekaannya Juli setelah perang sipil 1983-2005 di mana sekitar dua juta orang meninggal. Ketegangan telah secara bertahap meningkat di perbatasan yang disengketakan dan masalah-masalah lainnya juga tak terselesaikan.