REPUBLIKA.CO.ID, PARIS - Berita besar dalam Pemilu Perancis, Marine Le-Pen, pimpinan partai Front Nasional yang terkenal anti-imigran dan anti-Islam, berhasil meraup 20% suara dalam pemilihan umum ronde pertama.
Le-Pen memang tidak lolos. Perebutan putaran kedua pada 6 Mei nanti ialah pertarungan menentukan antara Sarkozy dan penantangnya yang sosialis, Hollande.
Namun yang perlu dicatat, suara yang diraih Le Pen memiliki arti yakni 20% pemilih menunjukkan sikap anti-imigrasi. Saat ini kandidat Euroskeptis--julukan bagi politisi ultra-kanan yang anti-imigran dan sering kali anti-Islam--menjadi tren yang difavoritkan tak hanya Perancis tetapi juga penjuru Eropa.
Sarkozy boleh dibilang dalam situasi minim harapan, karena ia terjebak pula merangkul konstituen garis keras, demi memenangkan pertarungan. Namun langkah ini jelas berisiko besar, karena akan membuat pendukung dan pemilih moderat tak terwakili.
Peristiwa besar lain di Eropa pekan terjadi di Belanda, di mana banyak rencana anggaran runtuh berkat tokoh politisi ekstremis kanan, Geert Wilders.
Setelah tujuh pekan pembahasan pengetatan anggaran antara koalisi yang dipimpin Perdana Menteri, Mark Rutte dan kubu Euroskeptis, Wilder, Partai Kebebasan yang anti-Islam (PVV) akhirnya berhasil mengubah skenario politik.
Wilders, yang pernah menyamakan Alquran dengan Mein Kampf karya Hitler, melakukan aksi WO pada sidang Sabtu (21/4) pekan lalu dan mengatakan, partainya tak bisa sejalan dengan tuntutan Uni Eropa (UE). Alasannya, pemotongan anggaran demi memenuhi target UE hanya akan menyusahkan kaum manula dan pensiunan, sebagai kelompok yang paling terdampak.
Kebutuntuan itu menjadikan Belanda negara bukan milik siapa-siapa, tanpa anggaran belanja dan tanpa sebuah pemerintah. Pemilu bisa mendesak digelar setelah perpecahan koalisi.
Ada sesuatu yang layak dicermati, yakni partai ultra-kanan di Eropa kerap mengusung gaya liberalisme ekonomi ala mereka sendiri. Seperti diulas di atas, partai Wilder menentang pemangkasan dengan alasan berdampak pada pensiunan. Sementara solusi Le Pen mewacanakan agar Perancis hengkang dari zona Euro dan menyelesaikan pembayaran hutang lewat mata uang mereka sendiri, franc.
Dulu negara-negara di inti Eropa cemas dengan tren pemilu negara-negara tepi akan menjurus pada anti-Euro. Namun, perkembangan terkini justru menunjukkan kandidat anti-Euro bermunculan di negara-negara inti.