REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO - Kepala Perusahaan Gas Alam Mesir memutuskan akan mengakhiri pengiriman gas alam ke Israel. Keputusan diambil karena Israel sudah melanggar beberapa poin dalam kontrak perjanjian dua negara tersebut.
Pejabat Perusahaan Minyak dan Gas Mesir, Mohamed Shoeb mengatakan bahwa keputusan pembatalan kontrak tersebut tak bersifat politik. Pembatalan tersebut dikarenakan Israel belum membayar tunggakan gas selama empat bulan.
Israel, lewat juru bicara Kementrian Luar Negeri, Yigal Palmor membantah bahwa negaranya memiliki tunggakan ke Mesir dalam soal gas itu.
Dikarenakan hal itu, kontrak pengiriman gas Mesir ke Israel yang sudah berjalan sejak tahun 2005 terancam putus. Pada era pemerintahan Huosni Mubarak, Israel mendapat pasokan minyak dan gas dari Mesir dengan harga sangat murah. Presiden Mubarak juga diklaim mendapatkan keuntungan jutaan dolar dari penjulan minyak dan gas murah ke Israel tersebut.
Pembatalan kontrak kerjasama itu juga berpengaruh kepada hubungan diplomatik Mesir - Israel. Kedua negara sudah lama hidup berdampingan. Bahkan Israel dan Mesir belum ada terlibat perselisihan serius sejak perjanjian perdamaian kedua negara di tahun 1979 lampau.
Menteri Keuangan Israel Yuval Steinitz, Ahad (22/4) mengatakan bahwa pembatalan kontrak kerjasama yang diumumkan Mesir itu adalah pembatalan sepihak saja. "Keputusan ini bisa membahayakan perjanjian damai antara Israel dan Mesir,'' tegasnya.