REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – PT Bakrie and Brothers Tbk (BNBR) membantah laporan mengenai adanya pemberitaan notifikasi gagal bayar (default) atas pinjaman perusahaannya yang mencapai 437 juta dolar AS.
Pemberitaan tersebut membuat saham-saham anak usaha milik Aburizal Bakrie tersebut serentak merosot pada penutupan hari ini. "Kami klarifikasikan bahwa loan BNBR tidak default," kata Direktur Keuangan BNBR, Eddy Soeparno, melalui pesan elektronik, Senin (23/4).
Hal tersebut diawali dari pemberitaan Financial Times, Jumat (20/4), mengenai default BNBR setelah terjadi penurunan saham di London, khususnya saham yang terdaftar pada perusahan Bumi Plc. Untuk menghindari default, maka BNBR wajib menambah agunannya.
Total tambahan agunan yang diminta kreditor yang dikepalai Credit Suisse tersebut mencapai 150 juta dolar AS. Jumlah tersebut setidaknya harus dipenuhi dalam lima hari kerja. Tambahan agunan tersebut juga meningkatkan total nilai agunan menjadi 1,54 kali dari nilai pokok utang.
Pada penutupan perdagangan saham Senin (23/4), sejumlah saham milik Bakrie melorot bersamaan. Saham BNBR sendiri sejak sesi pembukaan hingga sesi penutupan stagnan di level Rp 50 per saham. Berikutnya saham milik PT Bakrie Plantations Tbk (UNSP) turun 4,92 persen menjadi Rp 290 per saham, saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) turun 6,98 persen menjadi dua ribu rupiah per saham.
Saham anak usaha Bakrie lainnya, seperti PT Bakrieland Development Tbk (ELTY) turun 5,60 persen menjadi Rp 118 per saham. Saham PT Darma Henwa Tbk (DEWA) turun 6,02 persen menjadi Rp 78 per saham, dan saham PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) juga turun 6,83 persen menjadi Rp 191 per saham.