REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBO-- Muslim Sri Lanka, di seluruh spektrum politik, marah atas tawaran Perdana Menteri DM Jayaratne yang memaksa untuk menggeser masjid di ‘area suci’ Buddha di Dambulla. Padahal masjid telah berdiri di daerah tersebut selama enam dekade.
Para menteri Muslim di kabinet Mahinda Rajapaksa memprotes tawaran perdana menteri untuk menggeser masjid, yang telah berdiri selama 60 tahun tersebut. Menteri Kehakiman Rauff Hakeem mengatakan bahwa tindakan hukum mungkin diambil jika langkah ini tidak dibatalkan.
Pada hari Jumat (20/4) lalu, sekelompok biksu Buddha di Dambulla bersama ratusan orang mencoba menyerbu masjid Kaira Masjidul. Mereka mengancam akan menghancurkan masjid jika tempat tersebut tak ditutup. Para biksu ini menganggap bangunan masjid tidak sah atau ilegal. Mereka juga beranggapan masjid tak tepat karena berada di daerah sakral untuk umat Buddha Dambulla, yang telah berdiri sejak tahun 1982.
Sementara kaum Muslim mengatakan masjid tersebut sangat legal dan telah berdiri selama enam dekade. Sementara pembangunan yang sedang dilakukan saat ini sebatas renovasi.
Polisi setempat turun tangan atas kejadian tersebut. Alih-alih meminta para biarawan Buddha bubar, mereka justru meminta Umat Muslim di masjid meninggalkan daerah tersebut.
Selanjutnya, Muslim terkemuka dari Kolombo, termasuk para menteri AHM Fowzie dan Deputi Menteri MLAM Hisbullah, mengunjungi Dambulla dan duduk di sebuah dharna. Masjid ini kemudian dibuka. Pada hari Minggu (22/4) lalu. Situasi memburuk ketika Jayaratne dan Menteri Agama mengadakan pertemuan di Kolombo, dan memutuskan akan menggeser masjid.