REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Dugaan praktik jual beli organ tubuh tiga jenazah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang tewas di Malaysia berasal dari keberadaan jahitan di tubuh dan mata korban-korban tersebut.
Koordinator Koslanta NTB, Muhammad Saleh, menjelaskan keberadaan jahitan tersebut tidak masuk akal karena salah satu korban ditembak hanya di bagian kepala. "Apa hubungannya otopsi sampai membuka tubuhnya. Padahal yang ditembak kepala," ungkap Saleh saat dihubungi Republika, Selasa (24/4).
Bahkan, Saleh mengaku informasi tersebut hanya didapatkan dari dokumen yang dikirim kepolisian dan rumah sakit Malaysia. Saleh menjelaskan mata kanan dan kiri tiga jenazah telah dijahit.
Selain itu, terdapat jahitan dari dada kiri ke kanan dan dari perut kiri ke kanan masing-masing korban. "Jahitan ada di atas dada, dekat lengan kiri dan kanan, ke dada, kemudian ke bawah perut terus bersambung ke tangan," ungkap Saleh.
Dia pun mengeluhkan minimnya informasi dalam dokumen tersebut mengenai kronologis penembakan. Bahkan, tutur Saleh, hingga saat ini pihak keluarga tidak mengetahui jenis tindak pidana yang dilakukan oleh para korban. Selain itu, ujarnya, dokumen tersebut tidak 'diteruskan' kepada pihak lain yang berwenang. Sehingga pihak keluarga agak sulit meminta pertanggungjawaban.
Oleh karena itu, Saleh meminta kepada polisi untuk mengotopsi ulang tiga jenazah beridentitas Herman (34), Abdul Kadir Jaelani (25), dan Mad Nur (28). Pasalnya, kata Saleh, hasil otopsi bisa memperlihatkan kepada keluarga dan rakyat Indonesia, apa sebenarnya yang terjadi kepada tiga TKI asal Pancor Kopong, Pringgasela Selatan, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat tersebut.