Selasa 24 Apr 2012 18:02 WIB

Selidiki Kematian Tiga TKI, Kemenlu Bentuk Tim

Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Jenazah (ilustrasi).
Foto: Blogspot.com
Jenazah (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kementerian Luar Negeri membentuk tim khusus guna menyelidiki penyebab kematian tiga tenaga kerja Indonesia (TKI) di Malaysia yang diduga sebagai korban pencurian organ tubuh.

"Selasa pagi, saya sudah membentuk tim khusus guna memperoleh informasi utuh dan menyeluruh mengenai kematian tiga warga negara Indonesia (WNI) di Malaysia," kata Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa di Jakarta, Selasa (24/4).

Marty menambahkan tim yang terdiri atas staf ahli Direktorat Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia (PWBHI) Kementerian Luar Negeri tersebut akan segera diberangkatkan ke Malaysia.

Sementara itu, pihak Kemlu juga telah menghubungi salah satu keluarga korban guna menyampaikan ungkapan duka cita dan pemberian bantuan, termasuk keinginan untuk melakukan otopsi ulang terhadap ketiga jenazah TKI tersebut, tambah Marty.

"Pemerintah akan memberikan bantuan apabila pihak keluarga menginginkan otopsi ulang karena itu akan memberikan pencerahan atas dugaan pencurian organ tubuh," lanjutnya.

Polisi otopsi

Sementara itu, Kepala Divisi Hubungan Masyarakat (Kadiv Humas) Polri, Irjen Pol Saud Usman Nasution, menyatakan bahwa pihaknya tetap akan melakukan otopsi ulang terhadap ketiga jenazah TKI tersebut.

Ketiga TKI asal Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat tersebut tewas ditembak oleh Polisi Negeri Sembilan karena diduga melakukan penyerangan ketika didekati. Mereka dicurigai oleh polisi karena bertingkah aneh dengan menggunakan penutup kepala, masker dan membawa parang.

Pemerintah sedang melakukan tindakan koordinasi dengan sejumlah pihak terkait di Negeri Sembilan, Malaysia melalui Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kuala Lumpur. Duta Besar Malaysia di Jakarta juga telah menyatakan kesanggupannya untuk memberikan informasi terkait penyebab kematian tiga TKI itu.

"Kami sedang dalam tahap menghimpun informasi seutuh-utuhnya guna mendapatkan fakta yang sebenarnya terjadi," ujar Marty.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement