REPUBLIKA.CO.ID, “Thank you for coming tonight, and see you soon in the next forty years,” kelakar Chris Squire, saat menutup konser band progresif legendaris Yes, di Jakarta, Selasa (24/4) malam. Chris Squire adalah pemain bas Yes, yang bersama mantan vokalis Jon Anderson pada 1968 mendirikan salah satu band pionir progresif rock di dunia itu. Dan butuh waktu 44 tahun bagi Yes untuk akhirnya konser di Indonesia.
Formasi Yes yang tampil di Jakarta adalah Jon Davison (vokal), Steve Howe (gitar), Alan White (drum), Geoff Downes (kibor), dan Chris Squire sendiri. Tentunya formasi ini bukanlah formasi orisinil grup band yang telah menelurkan 19 album sejak album pertama,Yes dirilis pada 1968. Hanya Chris, Alan, dan Steve, personel yang telah bergabung sejak masa-masa awal Yes aktif bermusik.
Yours Is No Disgrace menjadi lagu pertama yang dimainkan Yes saat waktu menunjukkan pukul sembilan kurang lima belas menit. Penonton yang memenuhi bangku-bangku ruangan ballroom Hotel Ritz Carlton langsung berdiri dan bergoyang saat Steve Howe dan Alan White memulai intro lagu yang diambil dari album The Yes Album (1971) itu. Tata suara belum terdengar seimbang, khususnya suara bas Chris yang terdengar sember di bagian refrain.
Usai lagu kedua Tempus Fugit, Chris memperkenalkan vokalis baru mereka, Jon Davison dan kibordis Geoff Downes. Geoff Downes sebenarnya bukan orang baru buat Yes. Kibordis berusia 59 tahun itu pernah bergabung dengan Yes di era album Drama (1980) dan album terakhir Fly From Here (2011). Beberapa lagu di album Fly From Here yang banyak masuk dalam setlist konser di Jakarta, adalah hasil komposisi Downes.
Terima kasih untuk Jon Davison yang berhasil memaksa kualitas vokalnya nyaris setara dengan vokalis orisinil Yes, Jon Anderson. Terlihat di beberapa lagu seperti saat menyanyikan Yours Is No Disgrace atau And You And I, Davison bekerja keras untuk menggapai nada-nada tinggi (alto tenor) khas Anderson. Vokalis yang sebelumnya bernyanyi untuk band progresif Glass Hammer itu, menunaikan tugasnya dengan baik di bawah baying-bayang ekspektasi penonton atas kerinduan vokal mistis Jon Anderson. Suaranya bahkan terdengar sempurna untuk lagu-lagu album Fly From Here.
Steve Howe show
Adalah Steve Howe yang menjadi pusat show berdurasi lebih dari dua jam itu. Sejak lagu pertama dimainkan, sampai lagu penutup Roundabout, penonton selalu bersorak untuk gitaris yang kini telah berusia 65 tahun itu. Di usianya yang telah senja, Steve masih tampil enerjik. Di lagu sebelum penutup (encore), Starship Trooper, Steve bahkan memainkan gitar Gibson-nya sambil melompat-lompat. Petikan-petikan dawai gitarnya di dua lagu solo akustik Solitaire dan The Clap juga masih akurat.
Seperti di banyak konser Yes yang bisa ditonton lewat DVD atau Youtube, Steve yang paling teliti atas kualitas tata suara panggung. Pun saat konser di Jakarta, sambil serius memetik gitarnya, Steve sesekali memberikan kode kepada teknisi tata suara di depan panggung saat ia menyadari suara kibor Geoff terdengar tak seimbang pada awal lagu And You And I.
Pergantian jenis gitar yang dimainkan Steve dalam sebuah lagu juga menjadi pertunjukan tersendiri bagi penonton. Dalam pertunjukan live, tidak mungkin bagi Steve hanya memainkan satu gitar mengingat kompleksitas suara gitarnya di lagu-lagu Yes. Sebagai contoh saat lagu And You And I dimainkan, setidaknya Steve menggunakan tiga jenis gitar yakni elektrik, elektrik-akustik, dan satu steel pedal. Saat masuk ke bagian melodi lagu, Steve akan menggendong gitar elektriknya tapi menggesek steel pedal untuk menghasilkan suara yang mirip namun lebih tipis dari moog synthesizer.
Fly From Here
Sembilan dari 19 lagu repertoar konser Yes di Jakarta diambil dari album terbaru Fly From Here yang dirilis akhir tahun lalu. Meski masih terdengar asing di telinga para fans, Yes ingin membuktikan kalau era progresif mereka belum habis. Tiga lagu yakni Life on A Film Set, Solitaire, dan Into the Strom dimainkan tak urut, sementara sisanya yang merupakan enam bagian dari lagu Fly From Here dimainkan secara medley dalam durasi lebih dari 25 menit. Penonton pun serentak berdiri memberikan aplaus usai lagu We Can Fly rampung.
Heart of the Sunrise menjadi lagu yang paling progresif. Intro lagu yang diambil dari album Fragile (1971) menampilkan duel gitar Steve dan bas Chris yang dibalut dengan harmoni pukulan drum Alan White. Di lagu ini terlihat akurasi personel Yes masih sempurna dalam memainkan alat musik masing-masing. Apalagi dalam sebuah konser band progresif, improvisasi adalah suatu garansi.
Untuk musisi dengan rata-rata umur yang telah mencapai 60-an, usaha keras mereka memuaskan fans bisa dibilang mengharukan. Chris bahkan berulang kali mengajak penonton untuk tak segan berdiri dan bergoyang sampai akhirnya Roundabout menjadi tembang penutup malam yang syahdu itu.