Jumat 27 Apr 2012 09:13 WIB

Penerjemahan Alkitab akan Dikaji Ulang

Rep: Agung Sasongko/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Injil (ilustrasi)
Foto: Guardian
Injil (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON--Alkitab produksi perusahan penerjemah bakal ditinjau ulang. Langkah itu dilakukan setelah ada sejumlah alkitab terjemahan yang ditujukan pada negara-negara Islam kehilangan esensi pada pondasi kepercayaan Kristen yakni trinitas.

Wycliffe Bible, demikian nama perusahan penerjemah alkitab itu, menyatakan terjemahan yang ada tidak bermaksud untuk menghindari kontroversi tetapi lebih kepada memilih kata-kata yang akurat dalam mencerminkan injil.

"Ada yang mengatakan apa yang kami usahakan ini guna menghindari persinggungan dengan muslim, itu tidaklah benar," komentar, CEO Wycliffe Bob Creson seperti dikutip newsmax.com, Jum'at (27/4).

Dalam beberapa kasus, ada kesulitan dalam menerjemahkan injil pada awal abad-abad awal penyebaran Kristen.  Itu terjadi ketika Injil dalam bahasa Ibrani dan Yunani diterjemahkan ke bahasa lain. Kesulitan serupa juga dialami saat Injil James diterjemahkan ke dalam bahasa modern.

Bulan lalu, Wycliffe setuju untuk menerima tinjauan dari Aliansi Injil Dunia. Nantinya, para panel ahli bakal menentukan kata apa yang digunakan untuk menggantikan istilah "Anak Allah" dan "Allah Bapa".

Bob menambahkan pihaknya dalam beberapa kasus menggunakan istilah "Keluarga Ilahi" sebagai padanan istilah "Allah Bapa dan Anak Allah". Menurut dia pada budaya tertentu istilah yang biasa digunakan akan menolak penggunaan istilah tersebut.

"Menerjemahkan adalah proses yang melelahkan. Karena anda harus memahami budaya masyarakat setempat. Anda jelas tidak akan mengerti budaya itu dalam semalam," katanya.

Namun alasan Bob dinilai sama saja dengan mendistorsi ajaran Kristen. "Jika anda menghapus anak, maka anda menghapus ayah, yang merupakan benang merah dari waktu kejadian dan turunnya wahyu," komentar pendeta Georges Houssne yang juga seorang penerjemah.

Pendeta Harrower menilai terjemahan yang tidak akurat membuat pekerjaan misionaris lebih sulit. "Mengubah kata dasar dari Alkitab seperti 'ayah' dan 'anak' seolah mencerminkan ada keraguan dalam injil," kata dia.

Timothy Beal, seorang profesor agama di Case Western Reserve University berpendapat terjemahan mungkin adalah topik yang paling kontroversial dalam sejarah Alkitab. "Terjemahan adalah teologi. Anda tidak bisa menerjemahkan tanpa merujuk pada teologi. Setiap kali kita menerjemahkan sebuah teks, kita benar-benar menciptakan sesuatu yang baru," kata dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini

Tahu gak? kalau ada program resmi yang bisa bantu modal usaha.

1 of 8
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَتَّخِذُوْا بِطَانَةً مِّنْ دُوْنِكُمْ لَا يَأْلُوْنَكُمْ خَبَالًاۗ وَدُّوْا مَا عَنِتُّمْۚ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاۤءُ مِنْ اَفْوَاهِهِمْۖ وَمَا تُخْفِيْ صُدُوْرُهُمْ اَكْبَرُ ۗ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْاٰيٰتِ اِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُوْنَ
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan teman orang-orang yang di luar kalanganmu (seagama) sebagai teman kepercayaanmu, (karena) mereka tidak henti-hentinya menyusahkan kamu. Mereka mengharapkan kehancuranmu. Sungguh, telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang tersembunyi di hati mereka lebih jahat. Sungguh, telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu mengerti.

(QS. Ali 'Imran ayat 118)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement