REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – AS dan Jepang mengumumkan revisi kesepakatan mengenai pemindahan 9.000 tentara militer AS dari Okinawa ke Guam dan kawasan lain di Asia Pasifik, Kamis (26/4).
Rencana tersebut diumumkan beberapa hari sebelum Perdana Menteri Jepang, Yoshihiko Noda, bertemu dengan Presiden Barack Obama di Washington. Namun, masalah mengenai pemindahan pangkalan udara Futenma dari Okinawa ke sebuah tempat baru masih belum terselesaikan.
Masalah tersebut juga cukup membuat hubungan kedua negara diwarnai ketegangan. "Saya sangat senang karena setelah bertahun-tahun kami akhirnya mencapai kesepakatan penting dan rencana aksi," ujar Menteri Pertahanan AS, Leon Panetta, dalam pernyataannya.
Panetta juga memberi selamat atas kerja keras dan usaha dalam mewujudkan kesepakatan tersebut. Menurutnya, Jepang bukan hanya sebagai sekutu dekat tapi juga teman dekat. Dalam kesepakatan tersebut, 9.000 angkatan laut AS akan direlokasi. Sebanyak 5.000 tentara akan dipindah ke Guam dan sisanya akan dipindah ke pangkalan militer lain, seperti Hawaii dan Australia.
Pernyataan gabungan antara AS dan Jepang, versi baru perjanjian yang sempat tertunda pada 2006 tersebut diperlukan untuk memantapkan posisi AS di kawasan Asia Pasifik. AS menginginkan pasukannya terdistribusi secara geografis, tahan lama dan berkesinambungan.
Kesepakatan Okinawa telah menimbulkan pertanyaan mengenai kelangsungan strategi pemerintahan Obama. Pergeseran pasukan AS dari daerah lain ke Asia-Pasifik bertujuan sebagai antisipasi atas uji coba nuklir Korea Utara, perkembangan militer Cina dan perselisihan teritori Laut Cina Selatan.
Perbedaan pendapat mengenai keberadaan pangakalan militer AS meningkat setelah kasus pemerkosaan seorang siswa Jepang oleh petugas AS pada 1995. Kasus tersebut memicu protes luas warga Okinawa. Warga Okinawa sudah lama merasa resah dengan kehadiran AS karena mengakibatkan kecelakaan, bising dan kejahatan.
Di bawah perjanjian keamanan bilateral 1960, terdapat sekitar 47 ribu tentara AS di Jepang. Okinawa diduduki oleh AS pada 1945-1972. Pangkalan militer AS tersebut menghabiskan kurang dari satu persen dari total wilayah Jepang. Namun, menghabiskan sekitar dua pertiga lahan di wilayah itu.
"Setelah tertunda bertahun-tahun, sekarang kammi berhasil dengan pendekatan baru, yaitu memindahkan sebagian pasukan. Pemindahan akan segera dilaksanakan," kata Duta Besar Jepang untuk Amerika Serikat, Ichiro Fujisaki.