REPUBLIKA.CO.ID, EL AVIV - Menyerang Iran? Jangankan itu, menurut Yuval Diskin, mantan pimpinan agen mata-mata Israel, Shin Bet (divisi di bawah Mossad) memenangkan perang regional saja belum tentu mampu."
Diskin menyatakan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Ehud Barak tak cocok untuk memimpin Israel. Pensiunan agen spionase bahkan menuding kedua pimpinan itu "memanipulasi rakyat soal Iran".
Sedari awal, ia tak yakin Netanyahu dan Barak memiliki nyali untuk berperang dengan Iran. Namun, pernyataan yang selalu didengung-dengungkan negeri itu akan menggempur negeri Mullah itu jika tetap melanjutkan program nuklirnya.
"Keduanya tidak cocok untuk memegang kemudi kekuasaan," ujar Diskin. Secara pribadi, ia tak yakin keduanya orang yang pas untuk memimpin Israel.
"Saya tidak percaya baik perdana menteri atau menteri pertahanan. Saya tidak percaya pada kepemimpinan yang membuat keputusan berdasarkan perasaan mesianik," katanya.
Ia menyebut omongan keduanya kerap menyesatkan. "Mereka memberitahu masyarakat bahwa jika Israel bertindak, Iran tidak akan memiliki bom nuklir. Ini sangat menyesatkan. Sebenarnya, banyak ahli mengatakan bahwa serangan Israel justru mempercepat Iran mematangkan program nuklirnya."
Diskin berbicara sehari setelah komandan tertinggi militer Israel, Letnan Jenderal Benny Gantz, memandang Iran sangat rasional dan tidak mungkin untuk membangun sebuah bom nuklir. Sebelumnya, bulan Maret lalu, mantan pemimpin, Mossad, Meir Dagan juga mengecam opsi militer terhadap Iran. Ia mengatakan serangan Israel akan berdampak sangat buruk bagi Israel dan tidak akan mengakhiri program nuklir Iran.
Kantor Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan tidak segera menanggapi pernyataan Diskin itu. Tapi Menteri Luar Negeri Avigdor Lieberman menegur Diskin dan mempertanyakan motifnya.
Menlu Lieberman mengatakan, pernyataan untuk menyerang Iran tidak dibuat oleh perdana menteri dan menteri pertahanan. "Pernyataan biasanya dibuat dalam kabinet keamanan atau kabinet," katanya. Menurut Lieberman, Diskin kemungkinan marah karena melepas jabatan di Mossad.