REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Kepolisian Malaysia mengatakan telah membebaskan 471 orang yang ditangkap selama demonstrasi untuk pemilu bebas dan adil, termasuk seorang anggota parlemen oposisi senior.
"Kami telah membebaskan mereka semua," kata juru bicara kepolisian nasional Ramli Yoosuf kepada AFP, hari Ahad (29/4). Yoosuf mengatakan, anggota parlemen yang dibebaskan adalah Tian Chua dari Partai Keadilan, pimpinan Anwar Ibrahim.
Pasukan keamanan akan memutuskan kemudian apakah akan mengajukan dakwaan terhadap para demonstran.
Sebelumnya, polisi menembakkan gas air mata dan meriam air Sabtu kemarin (28/4) ke arah ribuan demonstran yang menyerukan pemilu yang bersih. Para demonstran setelah berusaha masuk ke lapangan Merdeka yang telah dinyatakan sebagai daerah terlarang untuk demonstran. Namun, polisi tetap menembakkan puluhan peluru gas air mata dan mengejar pengunjuk rasa melalui jalan-jalan di dekatnya.
Pengunjuk rasa melawan dengan melemparkan botol dan kursi. Mobil polisi terbalik ketika diserang demontran. "Polisi meminta kerumunan membubarkan diri, tetapi tidak memberikan peringatan yang cukup," kata Aminah Bakri (27 tahun) dengan air mata mengalir di wajahnya karena efek gas air mata.
Demonstrasi ini mencerminkan kekhawatiran adanya kecurangan dalam pemilu Juni mendatang yang akan dilakukan oleh koalisi Perdana Menteri Najb Razak yang telah berkuasa selama lebih dari 50 tahun. Demonstran menuduh Komisi Pemilu berpihak dan mengklaim daftar pemilih telah dicurangi.
"Saya disini karena saya warga Malaysia dan saya mencintai negara saya," kata seorang manajer teknologi informasi Burrd Lim.
Polisi memperkirakan setidaknya 30 ribu orang berpartisipasi dalam demonstrasi Sabtu kemarin, sementara media independen Malaysia menempatkan jumlah lebih dari dua kali itu bahkan mencapai 100 ribu orang. Jumlah tersebut sama saat reformasi pada tahun 1998 terhadap Perdana Menteri Mahathir Mohamad.
Bentrokan ini adalah yang kedua kali yang diprakarsai oleh kelompok reformasi pemilu, Bersih. Unjuk rasa yang sama bulan Maret tahun lalu berakhir dengan lebih dari 1.600 orang ditangkap.
Sementara itu, ribuan orang Malaysia yang tinggal di luar negeri dan aktivis HAM di sejumlah kota besar Asia, Australia, Eropa serta AS menggelar demonstrasi Sabtu ini sebagai bentuk solidaritas terhadap unjuk rasa di Kuala Lumpur. Di Hong Kong, sekitar 400 warga Malaysia juga melakukan unjuk rasa menutut hak pemilih bagi warga yang tinggal di luar negeri.
Aksi protes jalanan merupakan peristiwa langka di Malaysia yang diadakan di ibukota Kuala Lumpur oleh koalisi yang dikenal sebagai Bersih. Kelompok Bersih menekan pemerintah untuk meninjau sistem pemilihan umum negara itu dan membersihkan daftar pemilih sebelum pemilu berikutnya yang diharapkan dalam beberapa bulan mendatang.
Tapi Perdana Menteri Najib Razak membantah melakukan bias terhadap pemilu. "Kami tidak ingin dipilih melalui kecurangan. Kami adalah pemerintah yang dipilih oleh rakyat," tegasnya. Spekulasi tersebar luas bahwa Najib bisa menyebut jajak pendapat pada awal Juni, dan Kelompok Bersih menuntut pemilu ditunda sampai reformasi penuh dilaksanakan.