REPUBLIKA.CO.ID, AMSTERDAM -- Salah satu anggota parlemen Belanda, Geert Wilders berbuat ulah. Setelah sebelumnya terus menyuarakan sikap anti-Islam, kali ini politisi Partai Kebebasan (PVV) itu bersuara keras menolak rencana penjualan main battle tank (MBT) Leopard 2A6 ke Indonesia.
Dikutip laman Radio Belanda (NRW), kondisi itu terjadi lantaran situasi politik tak menentu di bawah pemerintahan minoritas sementara. Sontak hal it mengubah banyak kebijakan pemerintah Belanda, termasuk beberapa aspek dalam kebijakan luar negerinya.
Sebelumnya, Geert Wilders memberikan dukungan pada pemerintahan parlemen dengan maksud agar beberapa kebijakan partainya, Partai Kebebasan (PVV) bisa terlaksana. Namun dia sekarang menarik dukungannya terhadap kabinet. Dengan begitu, kabinet sementara juga bebas menarik dukungan mereka terhadap kebijakan-kebijakan Wilders.
Menteri Imigrasi Gerd Leers, misalnya, telah mengumumkan akan berhenti memberlakukan beberapa kebijakan seperti pengetatan reunifikasi keluarga. Menteri Dalam Negeri juga tidak lagi mendukung undang-undang baru yang diajukan oleh Wilders, yaitu pelarangan bagi warga negara Belanda untuk mendapatkan paspor ganda.
Karena pindah oposisi, Wilders sekarang bebas untuk menentang beberapa aspek kebijakan luar negeri yang mendapat dukungannya hanya demi kepentingan menjaga pemerintahan tetap berkuasa. Salah satu kebijakan tersebut adalah penjualan puluhan tank Leopard bekas yang tidak diperlukan lagi oleh militer Belanda ke Indonesia.
PVV sebenarnya selalu menentang terjadinya penjualan, tetapi tidak pernah sampai menghalangi rencana. Sekarang mereka akan bergabung dengan partai-partai oposisi dan memastikan transaksi tidak terjadi.
Sekarang parlemen Belanda memegang peranan besar dalam kebijakan pemerintah daripada yang sudah-sudah. Ini diperjelas lagi hari Kamis lalu ketika lima partai bersatu dalam menyepakati anggaran 2013. Kelima partai yang sama (VVD, Kristen Demokrat, Hijau Kiri, Demokrat 66 dan Uni Kristen) tahun lalu menyetujui misi pelatihan polisi Belanda untuk Kunduz di Afghanistan.
Sejak itu, kombinasi kelima partai dikenal sebagai 'Koalisi Kunduz.?Koalisi tersebut, ditambah dengan Partai Buruh, akan banyak berperan dalam menentukan kebijakan luar negeri beberapa bulan mendatang.
Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Pramono Edhie Wibowo mengakui, pihaknya berencana membeli tank tempur utama (MBT) Leopard 2A6 dari Jerman. Keputusan itu diambil setelah pihaknya melakukan kunjungan ke pabrikan Tank Leopard di Jerman, pekan lalu.
Menurut Pramono, belum satu suaranya pemerintah Belanda dengan parlemen membuatnya harus bersikap tegas. Apalagi pihaknya menemukan tidak adanya perbedaan harga dengan yang ditawarkan Belanda. Karena itu, pihaknya mengusahakan agar anggaran 280 juta dolar AS mampu mendapat 100 Tank Leopard.
Namun, kalau pihaknya sudah deal dengan Jerman, dan pemerintah Belanda setuju menjual Leopard, maka TNI AD akan membeli dari keduanya. Adapun mekanisme pembelian dilakukan langsung antarpemerintah (goverment to goverment). "Tawaran Jerman cukup menjanjikan untuk mengisi kekosangan. Apalagi Belanda masih ada permasalahan dari parlemen," kata Pramono di Mabes TNI AD, Kamis (7/3).
Dijelaskannya, selaku produsen Leopard, Jerman memang memiliki beberapa keunggulan dibandingkan membeli daripada Belanda. Selain dapat melakukan transfer of technology (TOT), Jerman juga menawarkan joint production untuk pembuatan beberapa bagian tank seberat 60 ton tersebut dengan menggandeng PT Pindad.