REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Selain bernada negatif atas usulan Wakil Presiden Boediono terkait pengaturan azan, nada positif juga terlihat. Namun, ada juga pihak yang menilai bahwa hal tersebut tak lain hanya merupakan suatu pengalihan isu.
Dugaan pengalihan isu terlontar dari salah satu pengurus Masjid Sunda Kelapa, ustaz Anwar Sujana. Pembina muallaf ini melihat tidak tepat jika seorang pemimpin umat merilis pernyataan yang menghebohkan. "Itu pernyataan berbau politis bukan terkait masalah agamis. Umat Muslim sebaiknya jangan mempedulikannya. Anggap saja pengalihan isu politik," imbuhnya di Jakarta, Senin (30/4).
Karena itu, ia sangat menyesali pernyataan yang justru dilontarkan saat Muktamar VI Dewan Masjid Indonesia dua hari lalu. Namun, dia mengingatkan agar media tak terlalu menggembar-gemborkan hal tersebut. Pasalnya, masalahnya akan tambah berlarut-larut dan membuat blunder negatif di tengah masyarakat.
"Umat Islam punya agenda sendiri tentang pemberdayaan. Bukan dalam kapasitasnya Wapres berseloroh memberi pernyataan seperti itu. Anggap saja anak kecil yang baru belajar berpidato,"tegas Anwar.
Seperti diberitakan sebelumnya, Dalam sambutannya membuka Muktamar VI Dewan Masjid Indonesia (DMI), Wakil Presiden Boediono meminta kepada DMI mulai membahas tentang pengaturan penggunaan pengeras suara di masjid.
"Kita semua sangat memahami bahwa azan adalah panggilan suci bagi umat Islam untuk melaksanakan kewajiban shalatnya," kata Wapres.
Dikatakan Wapres, apa yang dirasakan barangkali juga dirasakan orang lain yaitu bahwa suara azan yang terdengar sayup-sayup dari jauh terasa lebih merasuk ke sanubari dibanding suara yang terlalu keras, menyentak, dan terlalu dekat ke telinga.
Menurut Wapres, Alquran pun mengajarkan kepada umat Islam untuk merendahkan suara sambil merendahkan hati ketika berdoa memohon bimbingan dan petunjuk-Nya.