REPUBLIKA.CO.ID, Geert Wilders, Selasa (1/5) besok, akan mempresentasikan buku autobiografinya 'Marked for Death: Islam's War against the West and Me' (Dicap Mati: Perang Islam Melawan Barat dan Saya).
Krisis politik di Belanda dalam beberapa minggu terakhir berpengaruh buruk pada reputasi Wilders di Belanda. Tapi, apakah seruan anti Islam dan Islamisasi Barat yang disuarakan Wilders ini akan disambut baik di Amerika Serikat pada 2012?
Masa depan politik Wilders di Belanda mengecil setelah ia memutuskan keluar dari koalisi pemerintah dan memilih untuk bergabung dalam kubu oposisi. Kalaupun Wilders dalam pemilu mendatang meraih suara terbanyak, ia tetap akan sulit, bahkan mungkin mustahil, untuk bisa membentuk koalisi pemerintah. Tidak ada partai politik yang mau bekerja sama dengannya.
Lalu kemana penyerang Islam kawakan ini harus pergi saat Dewi Keberuntungan sudah tidak menyertainya? Tentunya ke Amerika Serikat. Politisi Belanda asal Somalia Ayaan Hirsi Ali memulai karir sebagai kritisi Islam di Amerika Serikat setelah ia mengundurkan diri dari dunia politik di Belanda. Ada spekulasi bahwa Wilders akan mengikuti jejak Hirsi Ali.
Yang pasti, Geert Wilders sudah tidak asing lagi di Amerika Serikat. Ia sudah sering bepergian ke sana untuk mengumpulkan dana dan juga memberi berbagai kuliah umum.
Ia dikenal luas ketika berpidato di New York pada musim gugur 2010 menentang pembangunan Pusat Muslim yang berlokasi beberapa blok dari Ground Zero. Protes Wilders ini menjadi platform baginya untuk menyebarkan pesan melawan Islam.
Wilders mengatakan "New York harus membela diri dari kekuatan kegelapan, arus kebencian dan juga racun ketidakpedulian...Ini berarti kita tidak boleh memberi ruang gerak bagi mereka yang ingin menekan kita." Pidato Wilders mendapat sambutan luas dari press Amerika.