Selasa 01 May 2012 03:44 WIB

Wartawan Prancis Jadi Korban Penculikan di Kolombia

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pasukan Kolombia hari Senin terus mencari Romeo Langlois, wartawan Prancis yang diduga diculik oleh gerilyawan FARC pada akhir pekan setelah bentrokan dengan pasukan pemerintah.

"Kami melanjutkan upaya pencarian di lokasi dimana kelompok teroris itu beroperasi... kami melakukan penerbangan siang-malam," kata Komandan Angkatan Udara Tito Saul Pinilla pada jumpa pers.

Ia menambahkan, pasukan tidak berada dalam posisi untuk melakukan penyelamatan.

Pemerintah Prancis mendesak FARC tidak melukai Langlois, yang kata mereka cedera selama tembak-menembak Sabtu yang menewaskan empat prajurit Kolombia dan mencederai delapan orang.

Menteri Pertahanan Kolombia Juan Carlos Pinzon hari Senin juga mendesak pembebasan Langlois dengan mengatakan, siapa pun yang menahannya "wajib melindungi keselamatannya".

Langlois, seorang pewarta berusia 35 tahun yang bekerja untuk jaringan televisi global France 24, menyertai pasukan pemerintah ketika bentrokan meletus dengan gerilyawan FARC di wilayah selatan Caqueta, setelah pasukan menghancurkan lima laboratorium penghasil kokain yang berdekatan.

Sejumlah pejabat mengatakan, tidak ada uang tebusan yang diminta dan tidak ada kontak dengan FARC setelah wartawan itu hilang.

Pinzon menyebut penculikan itu sebagai sebuah kemungkinan, namun tidak ada bukti nyata mengenai penangkapannya sejak bentrokan pasukan dengan FARC pada Sabtu. Paris terus melakukan kontak dengan pemerintah Kolombia untuk mengupayakan pembebasannya, kata Menteri Luar Negeri Prancis Alain Juppe.

Langlois bertugas meliput pasukan pemerintah Kolombia yang melakukan operasi-operasi anti-narkoba. Pada Jumat (27/4), lima prajurit Kolombia tewas dalam bentrokan dengan kelompok gerilya FARC, sementara serangan terpisah terhadap sebuah kantor polisi menewaskan tiga warga sipil, termasuk seorang bayi, kata militer.

Bentrokan itu berlangsung di wilayah baratdaya di perbatasan daerah-daerah Cauca dan Valle del Cauca dan menewaskan seorang sersan dan empat prajurit, kata komandan Satuan Tugas Apollo, Jorge Humberton Jerez, kepada radio Caracol.

Di kantor polisi di kota Puerto Rico, Caqueta, pemberontak gagal membunuh polisi ketika mereka melancarkan serangan bom ke bangunan tersebut, dan ledakan itu menewaskan seorang bayi dan ibu serta ayahnya, kata seorang pejabat.

Salah satu bom menghantam rumah keluarga itu dan mengakibatkan kematian mereka, kata kepala kepolisian Caqueta, Carlos Vargas.

Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC), kelompok gerilya kiri terbesar yang masih tersisa di Amerika Latin, diyakini memiliki sekitar 9.000 anggota di kawasan hutan dan pegunungan di Kolombia, menurut perkiraan pemerintah. Kelompok itu memerangi pemerintah Kolombia sejak 1964.

Pemimpin FARC Timoleon Jimenez sebelumnya pada April membantah bahwa usulan negosiasi dengan pemerintah mengisyaratkan bahwa gerilyawan berniat segera menyerahkan diri.

Pemimpin FARC itu mengatakan, kesenjangan kaya-miskin di Kolombia harus menjadi salah satu masalah yang dibahas dalam perundingan mendatang.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement