REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Jika selama ini Muslim Prancis tak ikut serta dalam pemilihan umum (Pemilu), tahun ini ada upaya khusus untuk mengangkat suara umat Muslim. Jutaan suara kuat dari umat Muslim Prancis, diperkirakaan akan mendongkrak kemenangan salah satu calon.
Para Imam dan asosiasi Islam di Prancis menyerukan pada umat Muslim Prancis untuk memenuhi kewajiban mereka sebagai warga negara. Mereka diminta pergi ke tempat pemungutan suara putaran kedua, pada Ahad ini. Meski tak ada arahan resmi untuk mendukung salah satu calon, namun langkah ini dinilai cukup berani di tengah gelombang diskriminasi Islam di Prancis. Dimana afiliasi agama secara resmi dilarang dan sekularisme diabadikan dalam konstitusi.
Salah satu calon presiden dari Partai Sosialis, Francois Hollande, menurut banyak pengamat lebih memungkinkan mendapat suara dari pemilih Muslim. Sebab lawannya, Presiden Nicolas Sarkozy dari Partai Sosialis, sebelumnya telah banyak bergesekan dengan umat Muslim Prancis dalam kampanyenya. Para ahli memprediksi, umat Muslim di wilayah miskin dan pemuda Muslim akan lebih cenderung memilih Hollande.
Tapi pemilih Muslim sangat beragam, dan tak ada jaminan mereka akan mendongkrak suara dalam perhitungan pemilu kelak. Sebab, sebagian besar umat Muslim masih berpandangan pada pemilu terdahulu. Muslim Prancis terdahulu cenderung menghindari politik dan tak ikut dalam pemilu.
Lebih dari lima juta Muslim bermukim di Prancis. Mereka merupakan salah satu penduduk Muslim terbesar di Eropa Barat. Jika mereka mau memberi suara dalam pemilu, mereka dianggap dapat berpotensi menyumbang suara yang dapat mendongkrak salah seorang kandidat. Namun sayangnya, para ahli sedikit khawatir, para pemilih Muslim tak mau terlibat dalam ranah politik.
Menurut perhitungan Masjid Paris menyebutkan, jumlah pemilih Muslim sekitar 10 persen. Ini berasal dari populasi yang beragam. Sebagian besar berasl dari keluarga bekas koloni di Afrika Utara dan Sahara Afrika.
Sebelumnya Pemimpin Masjid Paris Mohamed Saleh Hamza, menyerukan umat Islam untuk pergi ke tempat pemungutan suara."Muslim memiliki kecenderungan untuk tidak memilih. Sekarang, kami mengatakan kepada mereka bahwa mereka adalah warga negara penuh sehingga wajib memilih," kaata Hamzah.