Rabu 02 May 2012 15:33 WIB

Inilah Akar Zionisme

Red: Heri Ruslan
Israel
Foto: irib
Israel

REPUBLIKA.CO.ID, Tidak ada perbincangan serius mengenai masalah Timur Tengah tanpa mengaitkannya dengan ideologi Zionisme. David Vital, profesor pada University of Tel Aviv dalam bukunya The Origins of Zionism (1975) menulis bahwa Zionisme modern (sering disebut juga Zionsime politik) pada mulanya merupakan impian seorang wartawan Theodore Herzl setelah menyaksikan pengadilan pengkhianatan Kapten Dreyfuss di mahkamah militer Paris. Zionisme modern lahir setelah Kongres Basle pada 29-31 Agustus 1897, seratus tahun yang lalu.

Sebelum lahirnya gerakan Zionisme modern, ide tentang Zion sudah cukup kuat mengakar dalam kehidupan masyarakat Yahudi, khususnya kalangan Ashkhenazi (Yahudi Eropa). Di antara gerakan Zionis pra-Kongres Basle yang secara umum disebut sebagai proto-Zionisme, yang terpenting ialah Hovevei-Zion, Hibbat-Zion, dan Poalei-Zion. Semua gerakan Zionisme tersebut sering juga dikenal sebagai gerakan ''utopia'', dan baru setelah Kongres I di Basle, gerakan Zionisme menemukan jati dirinya sebagai gerakan politik yang mempunyai program jelas.

Semula Theodore Herzl ingin menggelar Kongres di Muenchen, Jerman. Namun dia mendapat tantangan keras dari kalangan pemuka agama Yahudi setempat dan kelompok pro asimilasionis yang khawatir Kongres Zionis dan kegiatan yang terkait dengannya hanya akan meningkatkan rasa kebencian masyarakat Jerman terhadap mereka. Oleh karenanya, Herzl terpaksa memindahkan tempat kongres di kota kecil Basle yang terletak di wilayah Swiss tapi masih berbatasan dengan Jerman. Kongres dibuka pada Ahad pagi tanggal 29 Agustus 1897 dengan mengambil tempat di gedung Kasino milik pemerintah kotapraja Basle.

Sungguh aneh sekalipun agama Yahudi mengharamkan perjudian, pelaksanaan kongres yang memperjuangkan kembalinya mereka ke tanah leluhur itu dilakukan di tempat judi. Ini bisa dimaklumi karena sebenarnya Theodore Herzl penggagas dan aktor utama kebangkitan Zionisme adalah seorang sekuler. Persiapan kongres dilakukan dengan matang dan rapi. Beberapa bulan sebelumnya Herzl sibuk melobi ke berbagai tokoh Yahudi di London, Paris, Polandia, Rusia, dan lain-lain tempat agar bisa mengirimkan wakilnya atau datang sendiri. Meski demikian, hanya sekelompok kecil yang berani ke Basle. Israel Zangwill, adalah sedikit dari intelektual terkemuka yang memberanikan diri hadir di kongres.