REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Moh Jumhur Hidayat menyayangkan LSM Migrant Care yang bertendensi memperkeruh keadaan karena terus meragukan hasil otopsi tiga jenazah TKI korban penembakan polisi Malaysia.
"Untuk tetap memperjuangkan pembelaan nasib TKI, kawan-kawan di Migrant Care bisa mengupayakan cara-cara yang lebih proporsional sehingga tidak perlu terkesan kurang objektif yang dapat mengacaukan suasana," ujarnya di Jakarta, Rabu.
Jumhur Hidayat melalui surat elektroniknya menyesalkan sikap lembaga swadaya masyarakat Migrant Care yang meragukan hasil otopsi atas tiga jenazah TKI asal NTB korban penembakan polisi Malaysia.
Jumhur menegaskan hasil otopsi ulang tim forensik Polri terhadap jasad tiga TKI, Herman (34), Abdul Kadir Jaelani (25), dan Mad Noor (28) asal Lombok Timur, NTB pada Kamis (26/4) dan Jumat (27/4) lalu tidak ditemukan adanya pencurian organ tubuh.
Ia menyayangkan berbagai pernyataan Migrant Care selaku lembaga swadaya masyarakat peduli buruh migran, yang bertendensi memperkeruh keadaan karena terus-menerus meragukan hasil otopsi, termasuk tetap menggugat ada tidaknya kasus pencurian organ tubuh pada jasad tiga TKI.
Jumhur menilai sikap Migrant Care tidak bijaksana dan terkesan mengeksploitasi penderitaan keluarga tiga TKI tanpa peduli dengan permasalahan yang sebenarnya terjadi.
Ketidakobyektifan yang dipaksakan akan membuat institusi Migrant Care menjadi tidak kredibel di samping mencerminkan sikap "fatalis" dalam konteks memperjuangkan kebenaran.
Jumhur menambahkan otopsi ulang telah dilakukan secara profesional oleh tim dokter forensik yang memiliki etika terhormat dalam menjalankan tugas medisnya sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Apalagi, para dokter itu juga disumpah untuk mematuhi profesinya sekaligus dilarang membohongi publik, katanya.
Sebelumnya, dua hari seusai penembakan, jasad para TKI juga diotopsi di Rumah Sakit Port Dickson, Negeri Sembilan, Malaysia pada 26 dan 27 Maret 2012. Otopsi pertama, 26 Maret untuk dua jenazah masing-masing Abdul Kadir Jaeleni dan Herman.