Rabu 02 May 2012 23:11 WIB

Lindungi Aktivis Cheng, AS Dituntut Minta Maaf oleh Cina

Cheng Guancheng, aktivis pro-demokrasi Cina
Foto: telegraph-news.com
Cheng Guancheng, aktivis pro-demokrasi Cina

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING - Setelah sempat mendekam beberapa hari di Kedutaan besar Amerika Serikat, aktivis pro-demokrasi Cina, Cheng Guancheng memutuskan keluar atas kemauan sendiri. Pemerintah Cina menjamin tidak ada masalah hukum lebih lanjut yang ditimpakan pada Chen.

Tak hanya itu laporan penganiayaan terhadap dirinya akan diselidiki. Ia pun dijanjikan untuk dipindah ke lingkungan yang aman dan dibebaskan pergi ke universitas.

Tapi bukan Cina bila melakukan itu tanpa syarat. Negeri tirai bambu itu kini  menuntut permintaan maaf dari Amerika Serikat untuk penanganan situasi. Liu Weimin, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, mengatakan dalam komentar yang dilaporkan oleh Xinhua, alasan permintaan maaf itu. 

"Aktivitas AS telah campur tangan dalam urusan dalam negeri Cina, dan ini benar-benar tidak dapat diterima oleh Cina," katanya. Ia melanjutkan, "Cina menuntut AS meminta maaf atas ini, menyelidiki secara menyeluruh insiden ini, dan  menghukum mereka yang bertanggung jawab dan memberikan jaminan bahwa insiden tersebut tidak akan terulang kembali."

Cheng, seorang pengacara tunanetra, melarikan diri dari tahanan rumah di sebuah desa terpencil. Ia terbatas pada rumahnya setelah menjalani empat tahun penjara. Ia dikenal aktif melakukan advokasi hukum, antara lain untuk korban praktek aborsi paksa oleh petugas keluarga berencana Cina.

Media Cina mendukung apa yang dilakukan pemerintahnya dengan meminta AS minta maaf. "Di Barat, Chen adalah kentang panas untuk pemerintah Cina," tulis sebuah koran lokal. "Sekarang ia sedang membuat Washington tidak nyaman."

Beberapa aktivis menyatakan, komitmen AS atas HAM diuji dalam kasus Cheng. "Ini adalah momen penting bagi diplomasi hak asasi manusia AS," kata Bob Fu, presiden China Aid, yang berbasis di Texas.

sumber : CNN
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement