Kamis 03 May 2012 16:00 WIB

AS Siap Tampung Chen Guangcheng

Rep: Ani Nursalikah/ Red: Karta Raharja Ucu
Chen Guangchen (kanan) beserta anaknya Chen Kerui dan istrinya YUan Weijing (kiri) di provinsi Shadong, Tiongkok.
Foto: AP
Chen Guangchen (kanan) beserta anaknya Chen Kerui dan istrinya YUan Weijing (kiri) di provinsi Shadong, Tiongkok.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Amerika Serikat menyatakan siap membantu aktivis tuna netra Cina, Chen Guangcheng yang sedang mencari suaka, Kamis (3/5). Chen yang lari dari tahanan rumah dan meminta perlindungan di Kedutaan Besar AS di Beijing, menjadi masalah yang membayangi konferensi tingkat tinggi Cina-AS. Masalah ini juga membuat hubungan kedua negara memanas.

Belum jelas apa alasan Chen meninggalkan kedutaan AS. Pejabat AS mengatakan, ia keluar setelah Pemerintah Cina berjanji ia dan keluarganya akan diperlakukan manusiawi. Namun, kelompok hak asasi ChinaAid mengatakan, Chen enggan meninggalkan kedutaan setelah pihak berwenang Cina mengancam keluarganya.

Berbicara kepada AFP, Chen mengatakan awalnya dirinya tidak ingin mencari suaka di luar negeri. Tapi ia berubah pikiran karena khawatir akan keselamatan dirinya dan keluarganya.

"Saya ingin pergi ke AS. Mereka membantu saya sebelumnya," katanya melalui telepon, saat berada di rumah sakit Beijing untuk perawatan cedera kakinya.

Pejabat tinggi AS sedang berbicara dengan Chen, bersama dengan pejabat Cina, untuk menentukan apa yang diinginkan aktivis itu. Chen menuduh para pejabat kedutaan AS memaksanya meninggalkan kedutaan. Namun, duta besar AS, Gary Locke menegaskan Chen meninggalkan kedutaan karena pilihannya sendiri dan ia tidak pernah meminta suaka. 

Asisten Menteri Luar Negeri, Kurt Campbell mengungkapkan dirinya telah berbicara selama 30-40 jam dengan Chen. Campbell menambahkan Chen tidak pernah berbicara tentang suaka atau datang ke AS.

"Saya pikir ia sadar sepenuhnya tantangan apa yang akan dihadapi jika datang ke AS," kata Campbell.

Cina menuntut AS meminta maaf karena turut campur dalam urusan dalam negerinya. Namun, sejauh ini tidak ada permintaan maaf dari AS.

Dalam pembukaan pertemuan tingkat tinggi Dialog Strategis dan Ekonomi, Menteri Luar Negeri Hillary Clinton tidak menyinggung soal Chen. Ia mengatakan Cina tidak bisa menyangkal aspirasi warganya yang meminta martabat dan supremasi hukum.

Dalam pidato pembukaannya, Presiden Hu Jintao meminta PBB dan Cina menghormati urusan masing-masing. Ia juga memperingatkan memburuknya hubungan dengan Cina menimbulkan risiko bagi dunia.

"Mengingat kondisi AS-Cina yang berbeda, tidak mungkin kita melihat dengan sudut pandang yang sama," kata Hu.

Ditambahkannya, permasalahan tersebut harus dikelola berdasarkan kepentingan masing-masing tanpa mengabaikan kepentingan yang lebih besar dari hubungan Cina-AS. Tampak jelas Kementerian Luar Negeri Cina tidak senang dengan semua permasalahan tersebut.

"AS harus berhenti membuat opini publik yang salah dan berhenti ikut campur urusan dalam negeri Cina," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Cina Liu Weimin dalam sebuah pernyataan Rabu (2/5) malam waktu setempat.

Di Washington, Juru Bicara Departemen Luar Negeri, Mark Toner membantah Chen ditinggalkan pejabat AS di rumah sakit. Menurutnya, pejabat AS berada dalam gedung. Beberapa tim medis juga merawatnya. Toner mengatakan, para pejabat AS akan terus mengunjungi Chen selama dia ada di sana.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement