REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia menjadi produsen nomor satu Certified Sustainable Palm Oil (CSPO) di dunia. Saat ini, produksi CSPO per Maret tahun 2012 telah mencapai 2.707.249 metrik ton, lebih tinggi dari Malaysia sebesar 2.692.230 metrik ton.
Nilai produksi ini naik 11 persen dari tahun 2011 yang mencapai 2,4 juta metrik ton, dengan peningkatan lahan produksi CSPO menjadi 1.221.240 metrik ton. "Peningkatan ini sangat cepat, hanya empat tahun, di mana kita memulai sertifikasi tahun 2008 lalu,"ujar Direktur Roundtable on Sustaniable Palm Oil (RSPO) Indonesia, Desi Kusumadewi, di Jakarta, Kamis (3/5).
Hal ini menurut Desi tidak terlepas dari peran serta petani plasma dan swadaya Indonesia yang dapat mengembangkan minyak sawit sustainable bersertifikat. Petani plasma dapat memproduksi 54.282 metrik ton CSPO per tahun.
Tidak hanya itu, melalui review Principle & Criteria (P&C RSPO) juga telah meningkatkan standar keberlanjutan bagi petani plasma dan swadaya. Terlebih, pada kuartal pertama 2012 terdapat 11 pabrik pengolahan kelapa sawit baru yang resmi tersertifikasi. Dengan demmikian, total sudah 146 pabrik pengolahan kelapa sawit dan 30 perusahaan perkebunan yang sudah tersertifikasi.
"Pertumbuhan perusahaan atau perkebunan sawit di Indonesia telah mencapai 18 persen, ini lebih tinggi dari Malaysia yang mencapai 11 persen," kata Vice Presiden RSPO, Edi Suhardi.
Hal ini juga ditandai dengan penandatangan MoU antara RSPO, PT Perkebunan Nusantara III Persero (PTPN III) dan Sustainable Trade Initiative (IDH) yang merupakan lembaga pembinaan sustaniable comodity Belanda. Penandatanganan ini juga untuk mendorong, membina, dan mempersiapkan petani swadaya khususnya di Kabupaten Simalungun dan Labuhan Batu Selatan, Sumatra Utara untuk mengolah area seluas 8.000 hektare menuju sertifikasi RSPO.