REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA - Rencana perdamaian bagi Suriah yang ditengahi oleh utusan internasional Kofi Annan dilaksanakan sesuai kesepakatan kendatipun masih ada laporan pelanggaran gencatan senjata. Hal itu dibeberkan juru bicaranya Ahmad Fawzi, Jumat (4/5).
"Saya dapat mengatakan rencana Annan dilaksanakan dengan benar dan krisis yang telah berlangsung lebih dari setahun itu tidak dapat diselesaikan dalam sehari atau seminggu," kata Fawzi.
"Saya sependapat dengan Anda tidak ada tanda-tanda besar ketaatan di lapangan. Ada tanda-tanda kecil ketaatan," katanya menambahkan Rencana enam pasal Annan termasuk gencatan senjata, penggelaran pemantau dan akses bebas bagi para wartawan dan bantuan kemanusiaan. Sekitar 50 pemantau dan staf sipil telah digelar di Surah, tetapi aksi kekerasan terus berlangsung sejak gencatan senjata 12 April.
"Sejumlah senjata berat telah ditarik, sejumlah senjata berat masih tetap berada di kota-kota. Beberapa aksi kekerasan mereda, beberapa aksi kekerasan masih tetap terjadi," kata Fawzi. "Saya tidak mengatakan itu memuaskan," ujarnya lagi.
"Ada tanda-tanda di lapangan tentang pergerakan itu, kendatipun lambat dan kecil. Tetapi juga ada tanda-tanda di belakang layar yang tidak terlihat karena usaha penengahan menurut ketentuan dilakukan di bawah pengawasan radar," tuturnya.
Pasukan keamanan Suriah dan mahasiswa yang bersenjatakan pisau menyerang satu aksi protes di Universitas Aleppo Kamis, kata para aktivis, menewaskan empat orang dan menangkap sekitar 200 pengunjuk rasa yang menuntut Presiden Bashar al-Assad mundur.