REPUBLIKA.CO.ID, Seorang analis politik menilai, AS dan NATO mengembangkan kekuatan yang agresif dan ekspansif demi melanjutkan Perang Dingin. ''Perpecahan Uni Soviet dan Yugoslavia, serta bekas Uni Soviet dan bekas Yugoslavia yang makin dalam terkait, bahkan lebih dari terkait, dengan pengembangan kekuatan militer NATO yang terkesan makin ekspansif dan agresif,'' ujar Rick Rozoff, sang analis, dalam situs Global Research.
Dia mengatakan, 21 negara dan lima negara pecahan kecil termasuk Kosovo telah membuka peluang untuk Barat sehingga dapat mengembangkan sayap dari wilayah kekuasaan NATO di era Perang Dingin.
Saat ini sekitar 21 negara bekas pecahan Soviet dan republik federal Yugoslavia sekarang menjadi anggota penuh NATO atau bila tidak mereka terlibat dalam program kemitraan. Bahkan, 13 negara mengerahkan militernya di bawah komando NATO di Afghanistan.
Belakangan, NATO juga mengumumkan akan melakukan latihan militer tahunan untuk menyatukan mitranya di wilayah Balkan, bekas Uni Soviet, Mediterania Timur, dan Teluk Persia.
Bagai Rozoff, latihan ini dilakukan berdasarkan skenario 'respons krisis' dan mandat PBB. ''Seperti yang terjadi di Libya tahun lalu, misalnya,'' ujar Rozoff.