REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Suriah telah membebaskan 265 tahanan yang "terlibat" dalam pemberontakan rakyat terhadap Presiden Bashar al-Assad, "tapi yang tidak memiliki darah di tangan mereka," kata kantor berita SANA, Sabtu.
Melepaskan tahanan merupakan syarat bagi rencana perdamaian enam pasal yang diperantarai oleh utusan PBB-Liga Arab Kofi Annan bulan lalu, seperti perjanjian gencatan senjata yang mulai berlaku pada 12 April, tetapi telah mengalami pelanggaran sejak itu.
Setidaknya 4.000 tahanan telah dibebaskan sejak November, kata SANA. Rencana perdamaian Annan juga menyerukan penarikan senjata berat dari perkotaan, gencatan senjata kemanusiaan harian, akses media, proses politik inklusif politik, dan hak untuk berdemonstrasi.
Kantor berita negara pada Sabtu juga mengatakan, penjaga perbatasan telah menggagalkan upaya oleh "satu kelompok teroris bersenjata" untuk menyusup perbatasan dari Turki.
Satu jumlah yang tidak ditentukan tewas di kedua belah pihak dalam pertempuran yang pecah di dekat desa Al-Allani, di Provinsi Idlib, antara penjaga perbatasan dan "gerilyawan," lapor SANA, istilah yang ia gunakan untuk mengacu pada pemberontak.