REPUBLIKA.CO.ID, AMSTERDAM - Organisasi Kerja Sama Negara-negara Islam (OKI) mengecam buku Politisi asal Belanda, Geert Wilders yang memuat kebenciannya terhadap Muslim dan agama Islam. OKI menuduh isi buku Wilders tidak lain adalah kumpulan kampanye kebencian terhadap Islam yang sebelumnya telah ia lakukan.
Kecaman tersebut disampaikan Jurubicara OKI melalui situs resminya yang dilansir Radio Netherlands (RNW). Buku yang berjudul 'Marked for Death: Islam's War Against the West and Me' ini memuat kampanye Wilders untuk membenci Islam dan memprovokasi warga dunia akan ancaman Islam di dunia barat.
"Buku ini tidak lain adalah bualan belaka tentang penyalahgunaan hak kebebasan berekspresi oleh Islam. Upaya Wilders ini hanya membuat celaan dan pengingkaran oleh Pemerintah Belanda, Parlemen Belanda, Parlemen serta Dewan Eropa terhadap Wilders," dalam situs resmi OKI, awal pekan ini.
Wilders saat ini sedang melakukan tur ke Amerika Serikat (AS) dalam rangka untuk mempromosikan buku 'Marked for Death' miliknya. Pada salah satu pemberhentian dalam turnya, ia menyerukan Muslim dunia untuk meninggalkan nilai-nilai Islam.
Dalam sebuah wawancara dengan TV sayap kanan AS, yang hampir sepaham dengan Wilders, milik Glen Beck. Wilders mengatakan ia ingin melihat muslim mengurangi nilai Islam, meskipun ia tidak menyerukan larangan secara langsung. Walau pada saat yang sama, Beck ternyata bersikap kritis terhadap ide-ide 'nyeleneh' Wilders.
Beck mengatakan akan lebih baik untuk menginginkan umat Islam menjadi moderat dan merubah diri Muslim dari dalam. Di masa lalu, Beck menyebut Wilders berpaham facis. Pada saat itu, Beck mewawancarai Wilders di Dallas, Texas. Beck pernah membintangi acara berideologi sayap kanan di berita Fox Channel.
Sikap nyeleneh Wilders juga diungkapkannya kepada Uni Eropa (UE). Ia menyatakan bahwa UE akan segera runtuh. "Uni Eropa adalah hal terburuk yang pernah terjadi pada sejarah kita," kata Wilders.
Pada awal pekan ini, ia mengumumkan bahwa partai miliknya Partai Pembebasan Belanda (PVV) mengajukan kepada Belanda untuk meninggalkan Uni Eropa. "Adanya UE telah menghilangkan identitas nasional bangsa Belanda," kata Wilders yang juga sebagai Pemimpin PVV.