REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Pemimpin Jihad Islam, Muhammad Al-Hindi, Ahad (6/5) kemarin, memperingatkan Israel, setiap kematian tahanan Palestina yang melancarkan aksi mogok makan akan mencetuskan intifadah ketiga. Artinya, pemberontakan rakyat melawan pendudukan Israel dan merebut kembali tanah Palestina bakal terus terjadi.
Al-Hindi mengatakan 'perang perut kosong', dimana lebih dari dua ribu warga Palestina melakukan aksi mogok makan, telah mengatasi perpecahan faksi di Palestina. "Perlawanan ini akan menjadi pintu gerbang bagi persatuan di Palestina," ujar Al-Hindi saat ditemui di tenda solidaritas di pusat Kota Gaza.
Al-Hindi mendesak, demonstrasi lintas faksi untuk mendukung para tahanan. Ia juga menyerukan Liga Arab untuk segera menutup kedutaan besar Israel dan mengirim utusan untuk menanggapi aksi protes di penjara-penjara Israel.
Sementara itu, Liga Arab telah mengadakan pertemuan darurat di Kairo, Mesir Ahad (6/5) kemarin, untuk membicarakan situasi tersebut. Dalam pertemuan delegasi Kuwait mengajukan resolusi pada Majelis Umum PBB untuk mendukung para tahanan. Delegasi juga mendesak, World Health Organization (WHO) untuk menyelidiki kondisi di dalam penjara-penjara Israel untuk tahanan Palestina.
Pada 17 April lalu, ribuan tahanan Palestina bergabung untuk melancarkan aksi mogok makan. Hal tersebut terkait aksi penolakan mereka terhadap penahanan adminsitratif oleh Israel. Para pejabat faksi di Palestina mengancam akan melancarkan intifadah ketiga, jika ada tahanan Palestina yang tewas akibat aksi mogok makan tersebut.
Intifadah Palestina pertama dimulai pada 1987 dan berakhir pada 1993, setelah ditandatanganinya Persetujuan Oslo dan pembentukan Otoritas Nasional Palestina. Sementara intifadah kedua dimulai pada 29 September tahun 2000 saat Perdana Menteri Israel, Ariel Sharon dan seribu pasukan bersenjata memasuki lingkungan Masjid Al Aqsa. Intifadah ini berakhir 8 Februari 2005, setelah Israel dan Palestina setuju untuk berdamai.