Senin 07 May 2012 12:45 WIB

Pengamat: Bangun APTB Jangan Setengah Hati

Rep: Rosmha Widiyani/ Red: Hazliansyah
Seorang pria melintas disamping bus Transjakarta, APTB (Angkutan Perbatasan Terintegrasi Busway) di halte transjakarta di terminal Bekasi, Minggu (22/4). Setelah sempat berhenti beroperasi sejak diresmikan beberapa waktu lalu akibat protes awak angkutan mi
Foto: Antara
Seorang pria melintas disamping bus Transjakarta, APTB (Angkutan Perbatasan Terintegrasi Busway) di halte transjakarta di terminal Bekasi, Minggu (22/4). Setelah sempat berhenti beroperasi sejak diresmikan beberapa waktu lalu akibat protes awak angkutan mi

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI TIMUR -- Belum maksimalnya penggunaan Angkutan Perbatasan Terintegrasi Busway (APTB) dikarenakan minimnya fasilitas penghubung. Hal ini dikatakan pengamat perkotaan, Agus Pambagio.

"Seharusnya lihat dulu bagaimana fasilitas penghubungnya. Misal tempat parkir atau angkutan ke terminal APTB," ujarnya pada Senin (7/5).

Pembangunan sistem transportasi ia nilai tidak bisa dilakukan setengah hati. Agus mengatakan, sebelum APTB diberlakukan seharusnya pemerintah memberi perhatian bagi fasilitas penghubung yang ada. Misalnya fasilitas parkir, trotoar, dan angkutan ke titik awal terminal.

"Tidak semua penumpang tinggal dekat terminal. Mereka tentu berfikir sebelum naik APTB. Kalau tidak ada parkiran, lebih baik naik motor sampai tempat kerja," kata Agus.

Agus menuding, pemerintah kurang perhitungan dalam penerapan APTB. Menurutnya, APTB menjadi sekedar proyek yang harus diselesaikan. Situasi ini menurutnya tidak jauh berbeda dengan penerapan busway.

Fasilitas penghubung menjadi jalan keluar pemaksimalan APTB.

"Sebaiknya segera dibangun. Jika tidak pemerintah akan terus rugi. Untuk sosialisasi itu hal mudah. Jika fasilitas sudah lengkap, masyarakat akan tahu dengan sendirinya. Apalagi saat ini bentuk media lebih beragam," kata Agus.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement