REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -— Kasus penyakit malaria di Kabupaten Sukabumi cukup tinggi. Pasalnya, dari periode Januari sampai April lalu jumlah warga yang menderita penyakit tersebut telah mencapai sebanyak 135 kasus. "Kebanyakan warga menderita malaria selepas pulang dari Aceh Jaya, Provinsi Aceh," ujar Kepala Seksi Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sukabumi, Yogi Rosbianto, Selasa (8/5).
Dari 135 penderita, sebanyak 113 di antaranya merupakan kasus malaria impor. Mereka rata-rata tertular malaria ketika bekerja sebagai buruh tambang di luar Pulau Jawa. Sisanya sebanyak 20 kasus merupakan kasus lokal. Penyebaran nyamuk malaria di Kabupaten Sukabumi paling banyak di kecamatan pesisir pantai antara lain Simpenan, Cimanggu, dan Lengkong.
Selain tiga kecamatan dengan kasus terbanyak, masih ada kecamatan lainnya yang rawan penyebaran malaria. Di antaranya Kecamatan Ciemas, Cisolok, Cikakak, Ciracap, dan Palabuhanratu.
Daerah pesisir pantai, terang Yogi, rawan menjadi lokasi penyebaran malaria karena vektor nyamuk anopheles masih terdapat di sana. Di kawasan ini terdapat sejumlah lagun yang menjadi lokasi berkembang biaknya nyamuk. "Seratusan penderita ini telah mendapatkan pengobatan maksimal," ujar Yogi. Mereka telah ditangani tim medis dari rumah sakit dan puskesmas.
Untuk menekan kasus malaria, kata Yogi, Dinkes melakukan sejumlah upaya penyuluhan dan pencegahan. Warga yang akan berangkat kerja ke daerah endemis malaria, lanjutnya, diminta agar mempersiapkan diri dengan meminum obat terlebih dulu.
Sedangkan untuk warga yang berada di pesisir pantai, Dinkes meminta supaya masyarakat berupaya mengendalikan lagun dan kubangan air yang merupakan percampuran air laut dan air hujan. Keberadaan lagun menjadi media yang efektif untuk berkembang biak nyamuk anopheles. Penggunaan kelambu juga diaktifkan kembali dan dilakukan lagi gerakan pola hidup bersih dan sehat.