REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Turki tidak akan mengekstradisi Wakil Presiden Irak Tareq al-Hashemi, yang diburu dan diadili in absentia di Baghdad atas tuduhan terlibat dalam terorisme, kata seorang pejabat tinggi, Rabu.
"Kami tidak akan mengekstradisi seseorang yang kami dukung sejak awal," kata Deputi Perdana Menteri Turki Bekir Bozdag, seperti dikutip oleh kantor berita Anatolia.
Pernyataan pejabat Turki itu disampaikan sehari setelah Interpol mengeluarkan surat perintah penangkapan internasional bagi Hashemi, salah satu pemimpin Sunni Arab Irak, atas tuduhan "memandu dan mendanai serangan-serangan teroris".
"(Hashemi) saat ini berada di Turki karena alasan kesehatan," kata Bozdag. Hashemi, yang berada di Istanbul sejak 9 April, menekankan dalam sebuah pernyataan yang dipasang di situs beritanya, Selasa, ia tidak kebal hukum dan siap muncul di pengadilan jika ada jaminan mengenai keselamatannya dan persidangan yang adil.
Pekan lalu, persidangan Hashemi ditunda hingga 10 Mei setelah pengacaranya meminta kasus itu disidangkan di sebuah pengadilan khusus.
Hashemi dan sejumlah pengawalnya menghadapi sekitar 150 kasus, termasuk tuduhan membunuh enam hakim dan pejabat-pejabat tinggi lain, kata seorang juru bicara pengadilan.
"Banyak kejahatan yang dituduhkan pada Hashemi dan pengawal-pengawalnya dan pengakuan telah diperoleh mengenai mereka, termasuk pembunuhan enam hakim, sebagian besar dari Baghdad," kata juru bicara Dewan Pengadilan Tinggi Irak Abdelsattar Bayraqdar dalam sebuah pernyataan pada 30 April.
Ia mengatakan, sekitar 13 pengawal Hashemi telah dibebaskan karena kurangnya bukti dan 73 orang masih ditahan.
Irak dilanda kekerasan yang menewaskan puluhan orang dan kemelut politik sejak pasukan AS menyelesaikan penarikan dari negara itu pada 18 Desember 2011, meninggalkan tanggung jawab keamanan kepada pasukan Irak.
Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki (Syiah) sejak Desember mengupayakan penangkapan Wakil Presiden Tareq al-Hashemi atas tuduhan terorisme dan berusaha memecat Deputi Perdana Menteri Saleh al-Mutlak. Keduanya adalah pemimpin Sunni.
Para ulama Sunni memperingatkan bahwa Maliki sedang mendorong perpecahan sektarian, dan pemrotes memadati jalan-jalan di Irak dengan membawa spanduk mendukung Hashemi dan mengecam pemerintah.
Para pejabat Irak mengeluarkan surat perintah penangkapan bagi Wakil Presiden Tareq al-Hashemi pada Senin (19/12) setelah mereka memperoleh pengakuan yang mengaitkannya dengan kegiatan teroris.