REPUBLIKA.CO.ID, OSLO - Persidangan Anders Behring Breivik, pembantai Norwegia yang mengaku melakukan serangan kembar di tahun lalu, memasuki tahap kontroversi saat saksi dari korban penembakan membabi buta di Utoya member kesaksiannya, Kamis (10/5).
Hingga berita ditulis, persidangan yang mengadili Breivik tanpa tenang, beradab dengan beberapa adu argumen tajam.
Sekretaris Jenderal divisi pemuda Partai Buruh, Tonje Brenna, salah satu dari ratusan korban selamat di acara perkemahan musim panas Pulau Utoya tahun lalu, bersaksi di Pengadilan Distrik Oslo. Ia menyatakan Breivik menyerukan 'teriakan kepuasan' setelah menembak para korbannya.
Breivik telah menolak pernyataan berkas pengadilan bahwa ia berperilaku semacam itu. Mendengar kesaksian Brenna ekstrimis ultra-kanan itu menggelengkan kepalanya.
"Saya yakin saya mendengarnya, dan saya yakin tak ada alasan bagi orang lain (selain Breivik) mengatakan itu," ujar Brenna ketika ia ditekan oleh kuasa hukum dalam persidangan.
Breivik menyeringai menampilkan wajah tidak setuju ketika Brenna menggambarkan ia sebagai peserta 'pasif' di dalam persidangan bila dibanding di Utoya, di mana ia 'mengendalikan' apa yang terjadi. Si terdakwa juga menyampaikan keinginan untuk menanyai Brenna tentang ideologi pemuda Partai Buruh, permintaan yang langsung ditolak oleh hakim.
Brenna ialah saksi pertama dari 46 korban yang dijadwalkan memberi kesaksian mengenai serangan Utoya, menyusul satu pekan emosional saat bukti otopsi dipaparkan di pengadilan. Breivik didakwa pembunuhan terhadap 69 pemuda dalam serangan Utoya dan delapan korban lain dalam bom mobil di gedung pemerintahan seharu sebelum penembakan membabi buta dilakukan.
Saksi berusia 24 tahun itu menuturkan dalam persidangan bagaimana ia selamat dari serangan dengan bersembunyi di balik dinding karang di tepi air, sementara Breivik memburu mereka, tanpa halangan, lebih dari satu jam dengan pistol Glock dan rifle semi-otomoatis, Ruger.
"Saya pikir ini hanya masalah waktu, (hingga ia menembak saya), karena suara tembakan begitu dekat," tutur Brena kepada penuntut umum, Svein Holden.
Breivik dalam persidangan ditempatkan di satu baris di belakang dua pengacaranya, dan diapit dua orang lain, demi menghalangi korban untuk melihat wajahnya langsung saat mereka bertaksi. Breivik kemungkinan juga akan diminta pergi dari ruang sidang dalam kesaksian korban Utoya berikut bila mereka meminta itu.
Dalam persidangan, Breivik tetap terlihat tenang, seperti halnya selama sidang, yang memfokuskan untuk menentkan apakah ia waras atau tidak.