REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW---Komite Investigasi Rusia telah membuka kasus kriminal berkaitan dengan kecelakaan pesawat Rusia Sukhoi Superjet-100 di Indonesia, yang penumpangnya berjumlah setidaknya 45 orang belum ditemukan.
"Sebagai bagian dari kasus pidana, peneliti harus menganalisis prosedur pelatihan kru pesawat sebelum penerbangan dan untuk menilai kondisi teknis pesawat itu sendiri sebelum meninggalkan Rusia," kata juru bicara komite Vladimir Markin.
Teknisi yang mempersiapkan pesawat untuk penerbangan dan karyawan Sukhoi Sipil Aircraft (SCA) yang bertanggung jawab untuk proyek Superjet-100 juga akan diperiksa, katanya.
Perdana Menteri baru Rusia Dmitry Medvedev telah memerintahkan dilakukannya penyelidikan itu.
Pesawat tersebut lepas landas dari pangkalan udara Halim Perdanakusuma di Jakarta Timur, namun kemudian Sukhoi Superjet-100 kehilangan kontak pada pukul 14.25 waktu setempat Rabu ketika mencoba untuk turun dari ketinggian 10.000 kaki ke 6.000 kaki di dekat satu bandara kecil di Bogor dalam perjalanan kembali ke pangkalan udara.
Satu pencarian melihat reruntuhan pesawat yang hilang itu di sisi Gunung Salak, di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada Kamis pagi.
Menurut seorang pejabat Indonesia, tim penyelamat telah tiba di tempat kecelakaan itu dan telah menemukan mayat-mayat, tetapi sejauh ini tidak ada yang selamat.
Presiden SCA Vladimir Prisyazhnyuk mengatakan kepada wartawan bahwa pesawat itu membawa 45 orang, termasuk delapan warga Rusia, seorang Prancis, seorang warga Amerika Serikat, dua warga Italia, dan 33 orang Indonesia. Laporan-laporan lain mengenai jumlah orang di dalam pesawat tersebut bervariasi antara 46 dan 50.