Jumat 11 May 2012 23:44 WIB

Pengamat: SBY Akui Terganggu Dualisme Menterinya

Rep: Esthi Maharani/ Red: Hafidz Muftisany
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (kiri) berdiskusi dengan Wapres Boediono ( kedua kanan) saat rapat kabinet terbatas di kantor kepresidenan, Jakarta.
Foto: Antara/Prasetyo Utomo
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (kiri) berdiskusi dengan Wapres Boediono ( kedua kanan) saat rapat kabinet terbatas di kantor kepresidenan, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pengamat politik charta politika, Yunarto Wijaya menilai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono secara tidak langsung telah mengakui situasi politik telah mempengaruhi kinerja kabinet. “SBY mengakui bahwa situasi politik semakin memanas sehingga mempengaruhi kabinet,” katanya, Jumat (11/5).

Pada saat membuka sidang kabinet paripurna, Kamis (10/5) Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta para menterinya fokus pada kinerja pemerintahan dan memprediksi kerja kabinet hanya akan efektif pada dua tahun mendatang sebelum disibukkan dengan urusan politik jelang pemilu 2014.

Menurutnya, prediksi terganggunya kinerja kabinet merupakan konsekuensi dari banyaknya pos menteri yang diisi oleh orang-orang dari partai politik. Seharusnya, Presiden SBY sudah bisa menegaskan jika duduk di kementerian, maka harus dikedepankan profesionalitas hingga akhir masa jabatan.

“Di dalam sistem presidensial, susah kalau menterinya punya dua tuan. Mereka itu pembantu presiden tapi lebih loyal ke partai dibanding kepada presiden,” katanya.

Untuk diketahui di kabinet indonesia bersatu II ada 34 menteri. Sebanyak 18 menteri berasal dari partai politik. Sedangkan 16 orang berlatar belakang non-partai. Lima menteri berasal dari Partai Demokrat, PAN, Partai Golkar, dan PKS masing-masing tiga kader menjadi menteri. PKB dan PPP masing-masing menempati dua pos menteri.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement