Sabtu 12 May 2012 08:57 WIB

Kemendiknas: Presenter Televisi Amburadul Beritakan Sukhoi

Rep: Erik Purnama Putra/ Red: Endah Hapsari
Sukhoi Superjet 100
Foto: Benoit Tessier/Reuters
Sukhoi Superjet 100

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Pemberitaan televisi tentang tragedi jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak, Bogor, Rabu (9/5), banyak yang tidak memenuhi kaidah standar jurnalistik. Bahkan tidak sedikit presenter yang lebay dalam memberitakan Sukhoi sehingga apa yang diucapkan dengan realita di lapangan kurang tepat.

“Ada yang amburadul dalam pemberitaan,” kata Staf Khusus Menteri Pendidikan Nasional Bidang Komunikasi dan Media Sukemi dalam Penyuluhan Bahasa Indonesia untuk Wartawan di Jakarta. Kegiatan ini diadakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang dihadiri ratusan wartawan media cetak, elektronik, dan online.

Sukemi mencontohkan pengucapan presenter televisi yang kurang tepat seperti jenazah akan dilarikan ke rumah sakit terdekat. Pengucapan itu dinilainya mubazir dan bertentangan dengan logika. Pasalnya kalau dilarikan ke rumah sakit terjauh jelas pertolongan kepada korban Sukhoi pasti terlambat.

Menurut Sukemi, masih banyak lagi pernyataan presenter televisi yang dalam menuturkan narasi berita dengan video tidak pas. “Tata bahasa dalam menyampikan informasi oleh presenter banyak yang tidak masuk logika,” kritik Sukemi.

Belum lagi, dia melihat, ada kru televisi yang mewawancari keluarga korban yang menunggu kabar di Lanud Halim Perdanakusuma. Bukannya berempati, lanjut Sukemi, sang reporter televisi malah menanyakan perasaan keluarga itu yang ditinggalkan orang dekatnya, yang menjadi korban kecelakaan Sukhoi.

Hal itu disebut Sukemi sebagai sebuah kesalahan fatal dan tidak tepat. Apalagi ada yang mewawancarai tetangga korban untuk mengomentari keluarga korban kecelakaan pesawat, yang tidak ada sangkut pautnya dengan peristiwa. “Ini tidak tepat. Memang bahasa verbal dan tulis itu berbeda, tapi jangan bertentangan dengan logika,” cetus Sukemi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement