Sabtu 12 May 2012 14:14 WIB

Identifikasi Korban Sukhoi Butuh Waktu Lama

Sejumlah prajurit Paskhas TNI AU dan personil Basarnas membawa sebuah kantong yang berisi jenazah korban kecelakaan pesawat Sukhoi Super Jet 100 menuju mobil ambulance di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Sabtu (12/5). Empat kantong jenazah telah berad
Foto: Antara
Sejumlah prajurit Paskhas TNI AU dan personil Basarnas membawa sebuah kantong yang berisi jenazah korban kecelakaan pesawat Sukhoi Super Jet 100 menuju mobil ambulance di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Sabtu (12/5). Empat kantong jenazah telah berad

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Proses identifikasi korban kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak, Jawa Barat diperkirakan akan memakan waktu hingga berbulan-bulan karena kondisi jenazah yang kebanyakan tidak lengkap.

"Ini akan makan waktu lama karena kita harus teliti. Karena ini banyak korban dan dalam kondisi tidak utuh," kata Kepala Bidang Pusdokkes Polri Kombes Pol Anton Castilani dalam jumpa pers di RS Polri, Jakarta Timur, Sabtu.

Anton mengibaratkan proses identifikasi itu seperti menyusun "jigsaw puzzle" yang besar dan ia membandingkan dengan kecelakaan kapal di Trenggalek dimana proses identifikasi korban membutuhkan waktu hingga 5 bulan.

Saat ini, Tim dari Disaster Victim Identification (DVI) Polri sudah mulai melakukan proses identifikasi dari empat kantong mayat yang dibawa ke RS Polri yang dimulai dari pembagian organ tubuh, pendeskripsian dan pencatatan ciri-ciri korban.

Meskipun demikian, pengembalian jenazah korban tidak akan dilakukan dalam waktu dekat karena tim masih harus menunggu seluruh proses identifikasi selesai sebelum mengembalikan ke pihak keluarga.

"Karena ini banyak korban dan dalam keadaan tidak utuh, kami tidak bisa kembalikan korban satu persatu. Takutnya nanti di kantong mayat terakhir ada bagian tubuh dari jenazah dari kantong mayat pertama," ujarnya.

Anton tidak bisa memperkirakan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk melakukan seluruh proses identifikasi tersebut karena pemeriksaan DNA sendiri memakan waktu dua minggu, diluar proses pendeskripsian, pencatatan, maupun pembandingan data ante mortem (semasa korban masih hidup) dengan data post mortem (setelah korban meninggal).

"Saya tidak berani janji waktu. Tapi ini masih lama," katanya.

Tim DVI akan melakukan pembandingan data antara lain melalui data sidik jari, gigi geligi, DNA, tanda-tanda fisik/medik dan properti yang dimiliki korban.

Pihak pemerintah Rusia disebut Anton juga telah menjanjikan untuk mengirimkan ahli DNA untuk membantu proses identifikasi, begitu juga dengan universitas maupun badan di dalam negeri seperti dari Universitas Indonesia, Universitas Airlangga, Universitas Brawijaya, Lembaga Eijkman maupun tim dokter dari Banten.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement