REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Puluhan jurnalis di Palu yang tergabung dalam sejumlah organisasi wartawan, Sabtu malam, menggelar doa bersama untuk korban jatuhnya pesawat Sukhoi Super Jet-100. Jurnalis dari berbagai media itu berdoa dan mengenang korban pesawat penumpang Sukhoi di pelataran Sekretariat Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Palu.
Puluhan wartawan itu tergabung dalam sejumlah organisai, yakni AJI Kota Palu, Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Sulawesi Tengah, serta Pewarta Foto Indonesia (PFI).
Ketua AJI Palu Ridwan Lapasere mengatakan, doa bersama itu secara khusus juga diperuntukkan bagi lima wartawan yang turut menjadi korban jatuhnya pesawat Sukhoi Super Jet-100 yang jatuh di Gunung Salak Bogor, Rabu (9/5).
Kelima wartawan adalah dua dari trans TV, dua dari majalah Angkasa, serta seorang dari Bloomberg. Ridwan mengatakan, kecelakaan itu merupakan resiko yang dihadapi jurnalis saat melakukan kerjanya.
"Kita tidak tahu risiko yang selalu mengintai wartawan saat bekerja," katanya.
Sementara Ketua IJTI Sulawesi Tengah Indra Yosvidar mengimbau rekan-rekan wartawan untuk lebih waspada saat bekerja terutama di wilayah Sulawesi Tengah yang dikenal sebagai daerah rawan konflik.
"Kalau situasi membahayakan, lebih baik meliput dari tempat yang aman. Utamakan keselamatan diri daripada gambar eksklusif namun nyawa taruhannya," kata Indra.
Dalam pembacaan doa bersama itu, juga dinyalakan seratusan lilin untuk menerangi gambar kelima jurnalis yang menjadi korban jatuhnya pesawat buatan Rusia itu.
Sementara Jafar G Bua, jurnalis Trans TV, mengisahkan kenangan saat meliput bersama Ismi, salah satu jurnalis yang turut menjadi korban. Menurut Jafar, Ismi adalah sosok perempuan pintar dan memiliki etos kerja tinggi. Ismi baru bergabung dengan Trans TV selama enam bulan.
Jafar pernah menjadi rekan satu tim bersama Ismi saat meliput. Saat itu Jafar menjadi juru kamera sementara Ismi menjadi reporter.
"Saat itu dia baru bekerja selama tiga bulan di Trans TV. Sosoknya ramah dan bersahabat," katanya.