Rabu 16 May 2012 11:55 WIB

Ini Dia Cara Tim Evakuasi Sukhoi Bertahan di Puncak Gunung Salak

Rep: Asep Nurzaman/ Red: Endah Hapsari
Petugas SAR dan TNI mengevakuasi jenazah korban Sukhoi ke helikopter di Helipad Lapangan Pasir Pogor, Cipelang, Cijeruk, Kabupaten Bogor, Selasa (15/5).
Foto: Aditya Pradana Putra/Republika
Petugas SAR dan TNI mengevakuasi jenazah korban Sukhoi ke helikopter di Helipad Lapangan Pasir Pogor, Cipelang, Cijeruk, Kabupaten Bogor, Selasa (15/5).

REPUBLIKA.CO.ID, PUNCAK MANIK -- Sekitar 200 prajurit TNI dan anggota Polri yang menjadi bagian tim evakuasi korban Sukhoi di Puncak Manik, Gunung Salak, terpaksa tidur dengan 'fasilitas alam'. Umumnya mereka membangun saung-saung peristirahatan dengan tiang dari batang pohon serta atap dan dinding dari dedaunan, sehingga terbentuklah susana kampung rumah pohon.

Puncak Manik berada pada ketinggian lebih dari 2000 meter di atas permukaan laut. Suhu udara di kawasan ini sekitar 5-10 derajat Celsius.

Di Puncak I Gunung Salak itu hampir tidak ada tanah datar. Anggota TNI-Polri pun harus mendirikan saung peristirahatan di tebing berkemiringan sekitar 80 derajat.

Saung dibuat dengan ukuran rata-rata 3 x 2 meter atau cukup untuk 2-4 orang. Untuk tidur, ada yang hanya beralaskan jas hujan atau ponco, ada juga yang berlapiskan matras atau membungkus diri dengan sleeping bag. "Kami sudah lima hari hidup seperti ini," kata Brigadir Santoso, anggota Brimob, kepada Republika di Puncak Manik.

Di tengah proses evakuasi korban Sukhoi yang terjerembab di jurang Batu Sumpit itu, hujan gerimis kerap turun disertai kabut tebal. "Kalau malam dinginnya minta ampun," kata Serda Sulaeman, anggota Kopassus.

Untuk menghangatkan badan, mereka senantiasa membuat api unggun di depan "rumah pohon" masing-masing. Namun, tampaknya tidak mudah untuk menyalakan api unggun itu. "Kayunya tidak ada yang betul-betul kering," kata seorang perwira pertama Pasukan Khas (Paskhas) TNI AU.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement