REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sulawesi Selatan menilai jika serbuan barang impor menjadi pemicu kurang larisnya komoditas andalan daerah ini serta kurang diminatinya di pasar domestik.
"Banyaknya serbuan barang dan komoditas impor menjadi salah satu pemicu kurang mendapatnya tempat untuk komoditas andalan daerah kita ini. Contoh yang paling konkrit itu komoditas beras Sulsel," ujar Wakil Ketua Bidang Pertanian, Peternakan, dan Perikanan Kadin Sulsel Ilham Alim Bachrie di Makassar, Rabu (16/5).
Ia mengatakan, banyaknya serbuan barang dan komoditas impor yang masuk ke Indonesia tanpa terkecuali wilayah Sulsel mengakibatkan kerugian yang besar, baik pada tingkatan pedagang maupun pada petani.
Serbuan barang impor itu juga dinilainya membuat persaingan pasar menjadi tidak sehat karena harga yang ditawarkan untuk produk asli daerah ini sedikit lebih mahal dibandingkan dengan produk impor.
Lonjakan impor itu juga menjadi hambatan terbesar yang dialami para pedagang dan petani di Sulsel. Apalagi pada sektor pertanian ini, Sulsel sudah mampu meningkatkan produksi berasnya yang melebihi target persediaan.
Ia menyatakan, pada sektor pertanian ini, Sulsel sudah mampu memenuhi angka 2,5 juta ton beras dan angka ini sudah jauh melampaui target, sehingga sebagian stok beras itu harus dikirim ke luar pulau Sulawesi.
Salah satu daerah tujuan pendistribusian beras Sulsel yakni Batam. Namun, pada pelaksanaannya, belasan ribu ton beras yang akan dikirim itu tidak mampu menembus pasar tersebut dikarenakan adanya serbuan barang impor.
Menurutnya, penyebabnya adalah cukup banyaknya beras impor dari Kamboja yang beredar di Batam. Jika beras Sulsel dijual dengan harga Rp8.000 per kilogram (kg), maka beras impor di sana dijual dengan harga Rp6.000 per kg.
"Ini adalah salah satu kendala yang dihadapi daerah ini karena serbuan beras impor dari Kamboja sudah masuk ke Batam, apalagi harga yang ditawarkannya jauh lebih murah dibandingkan dengan beras kita yang akan kita lempar ke sana," katanya.
Maka dari itu, lanjutnya, para pelaku usaha di Sulsel bisa memanfaatkan Safeguards yang disosialisaikan tersebut.
Safeguards sendiri kata dia, adalah sebuah instrumen yang dapat digunakan semua negara anggota World Trade Organization (WTO) untuk mengamankan produsen dalam negerinya akibat kenaikan impor. Menurutnya, instrumen ini sudah ada sejak lama, bahkan tahun lalu juga sudah disosialisasikan hanya belum dimanfaatkan maksimal.