REPUBLIKA.CO.ID, KARIMUN -- Ratusan nelayan di Kecamatan Buru, Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan Riau sejak dua pekan lalu berhenti melaut alias menepi. Ini lantara keberadaa solar sangat langka.
"Sudah hampir dua pekan kami tidak melaut karena kesulitan mendapatkan solar," kata Ketua Kelompok Masyarakat Pengawas Nelayan Kecamatan Buru, Ismail, di Tanjung Balai Karimun, Rabu.
Ismail mengatakan hampir 80 persen masyarakat kecamatan tersebut adalah nelayan tradisional dengan jumlah kapal mencapai 300 lebih dengan bobot 5 gross ton ke bawah. Kapal-kapal nelayan terpaksa bersandar. Hanya sebagian kecil yang masih melaut karena menggunakan solar sisa-sisa pembelian sebelumnya.
Dia mengatakan nelayan tradisional di Buru bingung mau mencari solar. Karena, daerah itu belum memiliki agen solar bersubsidi.
"Sebagian nelayan terpaksa membeli solar hingga ke Kecamatan Moro. Namun, belakangan ini stoknya juga terbatas," katanya.
Untuk membeli solar di Tanjung Balai Karimun, harganya cukup mahal mencapai Rp 7.000 per liter. Itu melebihi harga eceran tertinggi solar bersubsidi yang hanya Rp 4.500 per liter. "Nelayan kecil seperti kami mana sanggup untuk membeli solar seharga Rp 7.000 per liter. Lagi pula, kami sulit mendapatkannya," ucapnya.